Surabaya – Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) mengembangkan aplikasi pembelajaran, aplikasi ini merupakan penggabungan antara tradisi Pondok Pesantren dengan Teknologi Informasi melalui Tablet e-Sorogan.
Ini adalah komitmen dari Unusa untuk terus mengembangkan model pembelajaran interaktif berbasis IT. Selain membagikan kepada para mahasiswa baru, dosen juga terus didorong untuk mengembangkan pembelajaran dan modul-modul interaktif.
Rektor Unusa, Prof Dr Ir Achmad Jazidie, M.Eng. mengungkapkan cara belajar sorogan selama ini lazim diterapkan di pondok pesantren (ponpes). Biasanya, santri yang sedang menimba ilmu dan siap diuji menyodorkan (sorogan) buku ajar atau kemampuan bacaan Al-Quran ke kiai. Sang kiai kemudian menyimak kemampuan santri tersebut, dan langsung mengoreksinya ketika ada kesalahan.
“Pola ini diadopsi Unusa. Lembaga pendidikan tinggi yang dikelola Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (Yarsis) ini sejak awal tahun pelajaran 2017-2018 lalu resmi menggunakan metode belajar sorogan. Berbeda dengan sistem belajar sorogan di pesantren, karena yang diterapkan Unusa, sorogan berbasis elektronik (e-Sorogan). Caranya dengan memanfaatkan tablet sebagai pengganti buku. Selain lebih praktis, cara ini mengurangi penggunaan kertas dalam sistem perkuliahan,” katanya, .
Achmad Jazidie, optimistis jika cara yang dikembangkan Unusa ini membuat mahasiswa tidak perlu lagi membawa buku yang tebal. Karena semua mata kuliah sudah terangkum menjadi satu di tablet tersebut. Bahkan menulis dan berbicara sudah secara otomatis terekam dan tersimpan. “Saya berharap model ini akan menjadi sebuah sistem yang memudahkan dalam perkuliahan, katanya.
Diungkapkannya, fasilitas melalui aplikasi Unusa Cyber Gate, yang dapat diunduh di Play Store terkait dengan kebutuhan perkuliahan sudah bisa diperoleh, termasuk jadwal perkuliahan, praktikum dan beberapa pengumuman. “Kami juga melengkapinya dengan radio dan televisi Unusa, dalam satu platform. Semua ini dilakukan dalam kerangka pemanfaatan tekonologi informasi dan komunikasi untuk pembelajaran, kami menyiapkannya dengan serius,” katanya.
Ditambahkannya, latar belakang penerapan e-sorogan ini karena dunia pendidikan tidak bisa lagi dilepaskan dari kemajuan teknologi. Apalagi saat ini sudah mulai memasuki revolusi industri keempat di mana sudah masuk era internet of things.
“Sebenarnya Unusa sudah terlambat. Harusnya pada tahun 2014 lalu, tapi karena Unusa masih baru lahir ya tidak ada salahnya diterapkan sekarang,” ungkapnya.
Achmad Jazidie menjelaskan, dalam menerapkan e-sorogan, kampusnya menggandeng salah satu merek penyedia tablet dengan mempertimbangkan empat hal, terkait dengan pengadaan, penyiapan sistem, pelatihan, serta pemanfaatan jaringan.
“Bukan tanpa alasan kami menggandeng salah satu satu merek penyedia tablet. Mereka akan melatih dan meng-up grade pengetahuan teknologi terbarunya buat dosen dan karyawan,” katanya. (Humas Unusa)