YARSIS Berkhidmat Melalui Bidang Kesehatan dan Pendidikan Menuju 100 Tahun NU (2026)

Surabaya – Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (YARSIS) menyatakan berkhidmat melalui bidang Kesehatan dan Pendidikan menuju 100 Tahun Nahdlatul Ulama (2026). Sejak awal berdirinya YARSIS di tahun 1972, YARSIS menyadari pentingnya pendidikan dan kesehatan bagi Bangsa Indonesia. Oleh karena itu, YARSIS mendirikan Rumah Sakit Islam Surabaya (RSIS)  A. Yani yang mulai beroperasi tahun 1975. Seiring berjalannya waktu, YARSIS mengembangkan RSIS Jemursari pada tahun 2002 dan lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan diawali dengan pendirian SPK, AKBID dan AKPER yang selanjutnya digabung menjadi STIKES dan akhirnya menjadi Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA) pada tahun 2013. Pada tahun 2017, Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (AIPT) Unusa telah terakreditasi B.

Pada tahun 2016, RSIS Jemursari dan RSIS  A. Yani telah terakreditasi dengan status Paripurna dan menyiapkannya menjadi RS Pendidikan Utama untuk FK Unusa. Pengembangan RSIS  A. Yani  diharapkan dapat beroperasi Februari 2018.

Ketua YARSIS, Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, DEA., mengungkapkan salah satu program utama kepengurusan (2013-2018) ialah menyiapkan Fondasi Pengembangan Berkelanjutan RSI dan Unusa dalam rangka menyongsong 100 tahun NU (2026).

“Ada Empat Objective 2017: Peningkatan antara lain, Kualitas Kinerja Layanan (Layanan, Cakupan Layanan dan Keselamatan Pasien, Pendidikan (Unusa). Kinerja Keuangan dan Manajemen, Kualitas dan Kesejahteraan SDI, Reputasi Publik (Public Recognition). Semua itu untuk kemajuan Nahdlatul Ulama dan Kemaslahatan masyarakat Indonesia,” ungkapnya.

Selain itu, ada kabar baik, YARSIS mengambil alih pengelolaan Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Nyi Ageng Pinatih Gresik. Sehingga di 2018 ini, Yarsis memiliki empat lembaga yang berada di bawah pengelolaannya yakni Rumah Sakit Islam (RSI) Surabaya Ahmad Yani, RSI Surabaya Jemursari dan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa).

Mohammad Nuh mengatakan RSIA Nyi Ageng Pinasih ini bukan diakuisisi tapi diintegrasi untuk pengelolaan serta pembentukan sumber daya manusia (SDM) agar bisa memberikan layanan maksimal kepada pasien dan masyarakat Gresik secara luas.

“Kita integrasi. Sehingga tidak ada biaya untuk melakukannya. Kita akan benahi pelayanannya agar bisa lebih berkualitas,” tandas Nuh, usai rapat pleno pengurus Yarsis di Tower Unusa Kampus B Jemursari, Rabu (17/1/2018).

Nantinya RSIA Nyi Ageng Pinasih yang pernah memiliki masalah serius pada 2015 lalu itu, akan dikelola sesuai standar yang dimiliki Yarsis. Di mana Yarsis sudah berhasil mengelola dua rumah sakit Islam yang kini mulai berkembang di Kota Surabaya yakni RSI Surabaya Ahmad Yani dan Jemursari.

“Kita tidak akan berhenti untuk melakukan itu di daerah lain. Kalau ada rumah sakit yang kurang baik pengelolaannya, kita siap untuk mengambil alih,” tukas Nuh.

Dari rapat pleno yang sudah dilakukan untuk pertanggungjawaban pengurus 2013 – 2018, Yarsis dengan kepengurusan yang baru 2018 hingga 2023 itu memiliki banyak sekali proyek. Ketua Dewan Pembina Yarsis, KH Ma’ruf Amin berharap Yarsis bisa terus melakukan ekspansi yang tidak hanya bisa menghasilkan sesuatu secara bisnis tapi juga sosial. “Harus begitu, bisnis dan sosial harus berjalan beriring,” tuturnya.

Selain itu, dikatakan Nuh, di 2018 ini, Yarsis dalam waktu dekat akan membuka layanan sub spesialis yang ada di RSI Surabaya Ahmad Yani. Gedung setinggi enam lantai itu akan dibuka akhir Januari 2018 mendatang. Nantinya, gedung yang menelan biaya Rp 80 miliar itu akan difokuskan pada perawatan khusus child, woman, health dan beauty.

Sementara di RSI Surabaya Jemursari, Yarsis juga memiliki proyek-proyek yang cukup banyak khususnya untuk peningkatan pelayanan. Dengan dana yang disiapkan sebesar Rp 20 miliar, RSI Surabaya Jemursari dalam waktu dekat akan membuka layanan khusus perawatan jantung terutama operasi pemasangan ring jantung.

“Dalam waktu dekat akan dibuka. Sebenarnya sudah siap semua hal-hal yang dibutuhkan. Tapi tunggu momen yang pas,” ungkap Direktur RSI Surabaya Jemursari, Prof. Rochmad Romdoni di kesempatan yang sama.

Untuk Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) sendiri, Yarsis akan meneruskan pembangunan Tower di Kampus B setinggi sembilan lantai. Seperti diketahui, gedung tersebut baru selesai enam lantai sehingga masih tersisa tiga lantai lagi untuk bisa sempurna digunakan sebagai ruang kuliah, rektorat dan ruang pertemuan.

Untuk menyelesaikan proyek itu, Nuh mengaku membutuhkan dana sekitar Rp 12 miliar. Dan dana tersebut akan disediakan yayasan. “Kita doakan bersama semoga semua berjalan sesuai target yang telah ditetapkan bersama,” tandasnya. (Humas Unusa)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *