Surabaya – Merebaknya virus corona atau Covid-19 mengakibatkan perekonomian terganggu tidak teekecuali di Indonesia. Hal ini ditandai dengan menurunnya prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini dari 4,9 persen menjadi 4,8 persen. Sedangkan nilai composite index (IHSG) yang turun 14,52% dalam waktu lima hari perdagangan ditutup di harga Rp. 4.194,94 pada Jumat (20/3).
Salah satu dosen dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Niken Savitri Primasari SE., MM nengungkapkan, dengan adanya virus corona yang merebak hingga di beberapa negara membuat perekonomian Indonesia semakin menurun. Ini akan semakin menurun jika pemerintah daerah atau bahkan pemerintah pusat melakukan lockdown. “Dampaknya akan dirasakan oleh usaha mikro yang ada di Indonesia,” beber Niken, Minggu (22/3).
Niken menilai perlu ada yang dipersiapkan selama masa penyebaran virus corona untuk memulihkan perekonomian. Seperti jangka pendek, menjaga kestabilan harga, menjaga stok pangan kebutuhan pokok dan bahan industri.
Sedangkan untuk jangka menengah, para pelaku industri harus dapat mencari pasar ekspor-impor baru selain china, dengan dukungan Pemerintah yang melakukan intervensi kebijakan fiskal dan moneter untuk mewaspadai kemungkinan adanya shock harga kebutuhan industri yang akan berimbas pada harga akhir konsumen. Hal ini bisa kita lihat dari imbas covid 19 terhadap nilai kurs indonesia terhadap mata uang asing, hingga artikel ini tertulis, nilai kurs IDR/USD telah mencapai Rp. 15.770,89.
“Sedangkan untuk jangka panjang, shock terapi dari covid 19 ini menginjeksi kita bila sudah seharusnya Indonesia bisa menghasilkan dan memproduksi barang-barang kebutuhannya sendiri untuk meminimalisasi impor bahan baku,” ucap Niken.
Dengan antisipasi langkah jangka pendek hingga panjang akan berdampak positif. Sehingga bila hal seperti pandemi covid 19 ini terjadi, Indonesia tidak terlalu terkena imbas berat di sektor produksi. “Eksekusi ini memerlukan effort yang tinggi dari upaya pemerintah dalam menanggapi efek internasional bisnis dan perekonomian,” ucap Niken.
Pengusaha di Indonesia mampu melihat efek pandemi ini sebagai peluang bagi industri Indonesia dalam meningkatkan value produk quality dan meminimalkan ketergantungan bahan impor. Adanya kemampuan dari pasar industri di Indonesia untuk mulai memproduksi barang-barang subtitusi dari kebutuhan impor tersebut.
Sudah saatnya para pelaku industri dan pemerintah saling bahu membahu untuk mengembalikan perekonomian Indonesia yang didukung oleh area PESTEL-M (Politik, Ekonomi, Sosial, Tehnologi, Environment, Legal dan Medic) Negara Indonesia. Diharapkan dengan adanya pembelajaran ini, pemerintah mampu bekerjasama dengan para pelaku bisnis lokal Indonesia untuk meningkatkan kemudahan akses ke pelanggan baru, meningkatkan daya saing dengan pemanfaatan nilai kompetisi lokal utama produk mereka.
Sudah saatnya Indonesia untuk kembali bangkit di sektor ekspor dan kembali menjadi pasar alternatif selain china. Ini adalah sebuah kesempatan pembelajaran yang akan sangat berharga bagi para pelaku usaha, industri dan tentunya Pemerintah Indonesia. (sar/rud humas)