Tips Agar Anak Usia Dini Senang Berpuasa

Surabaya – Bulan Ramadan menjadi salah satu moment yang tepat bagi orang tua untuk mengajarkan makna berpuasa sekaligus praktik berpuasa bagi anak usia dini. Melihat situasi tersebut, dosen Prodi S1 PG PAUD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unusa, Jauharotur Rihlah, S.Pd., M.Pd memiliki cara agar anak usia dini senang untuk berpuasa selama bulan ramadan.

Rihlah menjelaskan, untuk mengajak anak agar berpuasa, salah satunya harus dengan cara menyenangkan. Hal ini menjadikan anak usia dini rindu untuk berpuasa lagi. Melalui cara yang menyenangkan, anak akan merasa tidak berat menjalankan puasa. “Yang pasti anak harus menjalaninya dengan ceria selama menjalankan puasa,” ungkapnya, Sabtu (24/4).

Dosen PG PAUD ini memiliki cara atau tips agar anak senang berpuasa. Pertama, beri pijakan (informasi) kepada anak tentang apa itu puasa. Puasa tidak hanya menahan lapar dan dahaga, namun puasa sekaligus menjaga hati dan perbuatan (tidak boleh marah, berkata jujur, berkata yang baik). “Beri informasi melalui lagu, agar mudah diingat oleh anak,” ungkap Rihlah.

Lalu, beri kesempatan kepada anak berpuasa melalui kesepakatan, orang tua bertanya kepada anak apakah sudah siap berpuasa? lalu puasa hingga pukul berapa? Pada dasarnya belajar puasa pada anak yang paling dasar bisa dilakukan dengan menunda waktu sarapan. “Anak-anak bisa dilatih untuk berpuasa 3-4 jam, dan dilakukan berulang-ulang, serta bertahap sesuai kemampuan anak,” ungkap Rihlah.

Setiap anak pasti memiliki makanan favorit, bahkan anak usia dini masih banyak yang minum susu. Dengan tujuan belajar puasa, orang tua harus mengajak anak agar mengurangi makanan favorit mereka, seperti cokelat, permen, susu, dll.

Tidak memaksa anak setelah ada kesepakatan antara orang tua dan anak, maka orang tua pun tidak boleh memaksa anak jika si anak belum siap sampai pada waktu yang telah disepakati. Contoh: anak siap berpuasa sampai dhuhur, tiba-tiba pada pukul 10.00 WIB, anak haus ingin minum karena habis bermain, maka orang tua harus memaklumi kondisi anak tersebut, sambil orang tua memberikan ucapan selamat karena anak sudah mampu berpuasa meskipun hanya sampai pukul 10.00 WIB. “Dengan memberikan informasi, besok boleh mencoba lagi berpuasa lebih dari waktu yang sebelumnya,” jelasnya.

Menjadi Tauladan yang Baik bagi Anak, karena anak adalah peniru ulung, maka dari itu orang tua harus memberi contoh yang baik kepada anak-anaknya. Saat bulan ramadan, orang tua biasa mengajak anak untuk salat lima waktu, mengaji bersama, bersedekah, bersholawat, tarawih, dan berzakat.

Bermain yang tidak menyenangkan saat berpuasa, menjadikan anak akan merasa bosan dan mengeluh karena lapar, orang tua harus cepat menangani kondisi anak tersebut dengan mengajak anak bermain, tentunya melalui permainan yang menyenangkan dan tetap bertemakan ramadan. “Seperti contoh, puzzle ramadan, menggambar dengan tema ramadan, mewarnai, menyusun kata, hingga beberapa permainan lainnya,” ungkapnya.

Memberikan reward saat anak berhasil menjalankan puasa, maka orang tua wajib memberikan hadiah. Namun perlu diingat bahwa hadiah tidak hanya berupa mainan atau barang mahal. Hadiah yang dimaksud yaitu memberikan pujian kepada anak, karena telah berhasil menjalankan ibadah puasa, menyiapkan makanan favorit anak, orang tua membuat pohon keberhasilan, orang tua bisa membuat sebuah gambar pohon yang bisa ditempel di rumah, saat anak berhasil berpuasa, maka anak berhak mendapatkan bunga, kemudian bunga ditempel di pohon. Semakin banyak bunga maka anak akan mendapatkan hadiah yang lebih dari orang tuanya.

Recalling merupakan kegiatan mengulang kembali dan mengingat kembali apa yang sudah dilakukan anak setelah sehari berpuasa. “Pada saat sebelum tidur, orang tua mengajak anak bercerita pengalamannya selama sehari berpuasa, bagaimana perasan dia saat berpuasa, aktivitas apa saja yg dilakukan dia saat puasa,” jelasnya. (sar humas)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *