Surabaya – Accounting and Finance Center (AFC) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menggelar webinar milenial talkinvest #2 dengan tema langkah awal investasi di pasar modal, Sabtu (24/4) melalui aplikasi zoom dan Youtube.
Dalam acara ini, Rektor Unusa, Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng sebagai opening speech, sedangkan tiga narasumber lainnya seperti Dyan Fadjar Mahardhika (IDX Surabayak, Dwi Mustofa (IPOT Surabaya), dan Niken S Primasari, S.E., MM.AK (dosen S1 Akuntasi Unusa).
Dalam sambutannya, Rektor Unusa, Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng mengapresiasi langkah yang dilakukan AFC Unusa. Selain itu, Jazidie berterima kasih kepada semua narasumber yang hadir dalam acara ini. “Saya berterima kasih kepada para narasumber yang mau berbagi ilmunya untuk adik-adik mahasiswa Unusa dalam hal pasar modal,” jelasnya, Sabtu (24/4).
Jazidie menjelaskan, untuk memulai investasi di pasar modal diperlukan kehati-hatian serta ilmu yang cukup untuk memulainya. Acara ini sebagai modal berharga bagi mahasiswa yang hendak memulai investasi di pasar modal. “Adanya bimbingan dari para narasumber yang kompeten menjadikan para mahasiswa siap mengimplementasikan ilmunya tentang investasi di pasar modal,” ucapnya.
Sementara itu, salah satu narasumber acara ini, Niken S Primasari, S.E., MM.AK., yang merupakan dosen S1 Akuntasi Unusa menjelaskan, beberapa kesalahan yang kerap dilakukan investor pemula itu ada lima hal. Lima kesalahan umum yang dilakukan investor pemula salah satunya terlalu cepat menaruh modal dalam jumlah besar. “Biasanya investor pemula gampang tergoda dengan keuntungan yang besar, sehingga memasukkan semua modal secara besar dalam saham,” jelasnya.
Lalu, kesalahan kedua reaktif dan sensitif terhadap berita, dimana hal ini membuat rencana training atau investasi sendiri diragukan dengan berita atau pendapat orang lain. “Tadinya mau pesan tertentu untuk jangka panjang begitu membaca berita terkait Industri atau perusahaannya, mendadak kita jadi ragu dan malah menjual saham. ternyata beberapa hari kemudian, ada berita lanjutan, yang merupakan aplikasi dari berita sebelumnya, dan harga sahamnya malah jadi naik, tapi sudah terlanjur dijual di harga murah atau bisa jadi sebaliknya,” ucap Niken.
Niken menambahkan, analisis saham menggunakan perasaan, ini salah satu kesalahan yang kerap dilakukan investor pemula. Dimana banyak investor pemula mengabaikan laporan keuangan, namun hanya melihat fisik perusahaan tersebut. “Ini yang salah, kalau kamu sudah mencoba membaca laporan keuangan, mungkin kamu bakalan kaget ketika melihat banyak perusahaan terkenal yang kelihatan besar dan kokoh, ternyata kondisi keuangannya rugi selama bertahun-tahun. Dan juga perusahaan yang kegiatannya sedang promosi besar-besaran secara gratis, ternyata rasio hutang hingga sehat dan lain-lain,” bebernya.
Niken menjelaskan, tidak boleh menyontek analisa saham orang lain, biasanya para pemula tidak mau ribet, dirinya mencontek keputusan investasi orang yang sudah jago. Pada kenyataannya bisa dibilang orang lain itu tidak akan efektif dalam jangka panjang. Kenapa gitu? karena setiap investor dan trader, pada dasarnya punya trading dan invention koin yang berbeda, punya time Horizon yang berbeda, dan punya modal yang berbeda.
“Sudah banyak sekali investor pemula yang menyoba menyontek keputusan senior yang hebat. Seperti Lo Kheng Hong, ketika Lo Kheng Hong beli saham tertentu, mereka ikutan beli. apa cara itu berhasil? Seringnya malah Banyak yang nyangkut. Kenapa gitu sih? Apa keputusan Lo Kheng Hong salah? belum tentu, karena Lo Kheng Hong punya Horizon yang berbeda, dan tentunya punya modal yang sangat besar, jadi ketika harga sahamnya turun, Lo Kheng Hong bisa terus nambah posisi, sementara modal kita sudah habis duluan karena tidak sabar,” jelasnya.
Kesalahan kelima, tidak punya trading plan, ini adalah kesalahan yang paling sering dilakukan, dan jadi sumber kesalahan-kesalahan berikutnya. Intinya dalam trading atau investing plan, kita harus menentukan metode analisisnya, time framing investasi atau kreditnya, dan proporsi alokasi modalnya. (sar humas)