Surabaya – Dosen Program Studi (Prodi) S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) Rudi Umar Susanto, M.Pd menilai melalui pengalaman dapat menciptakan karya sastra.
Dalam proses penciptaan sebuah karya sastra, seorang pengarang berpijak dari suatu pengalaman yang berkesan dan ditorehkan dalam wujud karya fiksi atau Karya Sastra, dapat berupa puisi, cerita pendek, maupun novel. Karya sastra merupakan cermin dari sebuah realitas kehidupan sosial masyarakat.
Sebuah karya sastra yang baik memiliki sifat-sifat yang abadi dengan memuat kebenaran-kebenaran hakiki yang selalu ada selama manusia masih ada (Sumardjo dan Saini, 1991: 9).
Taine (dalam Endraswara, 2008: 17) mengungkapkan bahwa sastra tidak hanya sekadar karya yang bersifat imajinatif dan pribadi, tetapi dapat pula merupakan cerminan atau rekaman budaya, suatu perwujudan pikiran tertentu pada saat karya itu dilahirkan. Hal ini berarti setiap orang dapat melihat realitas sosial dalam sebuah karya sastra bahkan sebagian karya sastra menjadi representasi terhadap kebudayaan masyarakat tertentu.
“Semua hal yang terangkum dalam karya sastra tidak terlepas dari berbagai problematik yang dialami manusia baik secara pribadi maupun secara kolektif,” ucap Rudi, Sabtu (3/10).
Rudi menjelaskan jika manusia akan melakukan sebuah usaha atau menentukan mas depan yang lebih baik. “Berdasarkan imajinasi, perasaan dan intuisinya,” bebernya.
Dengan demikian, perjuangan panjang manusia dalam memaknai kehidupan akan selalu melekat dalam teks sastra. Disadari atau tidak karya sastra menjadi model bagi kehidupan pembaca. “Setiap persoalan maupun gambaran hidup yang dialami tokoh dalam cerita akan menimbulkan perenungan atau refleksi bagi pembaca untuk menentukan sikap dan tindakannya dalam kehidupan bermasyarakat,” ucap Rudi.
Rudi menunjukkan bahwa karya sastra tidak lahir begitu saja. “Ada proses yang mendorong munculnya karya sastra dengan keberagaman tema dan aspek kehidupan masyarakat, yaitu proses kreatif pengarang yang berusaha menciptakan karya untuk menggambarkan nilai-nilai didaktis dengan kreasi estetis yang berasal dari pengalaman pengarang,” jelas Rudi. (sar humas)