GAYA hidup minimalisme belakangan ini menjadi tren di berbagai penjuru dunia. Namun, ternyata minimalisme tidak sekadar bisa dipandang sebagai gaya hidup.
Minimalis juga bisa dilihat sebagai langkah untuk kondisi keuangan yang lebih sehat.
Gaya hidup minimalisme ini mulanya menjadi tren di masyarakat Jepang.
Gaya ini mengajarkan kita agar bisa hidup dengan beberapa barang saja, alias jumlahnya minimal. Beberapa tokoh pelopor minimalisme yang jadi rujukan misalnya seperti Marie Kondo dan Fumio Sasaki.
Bahkan, ada film dokumenter berjudul Minimalism yang secara khusus merekam pengalaman para penganut minimalisme.
Indonesia juga termasuk negara yang terimbas tren minimalisme ini. Salah satu pesohor Tanah Air yang menerapkan gaya hidup minimalisme ini salah satunya adalah Youtuber Raditya Dika.
Dalam salah satu videonya, Radit membagikan pengalamannya ketika mulai menerapkan minimalisme.
Radit bercerita kalau dia kini cuma memiliki satu jam tangan saja. Dia menjual semua koleksi jam tangannya dan membeli satu buah jam yang benar-benar disukai.
Cara ini ternyata efektif untuk membuat kondisi keuangannya menjadi lebih sehat.
Lalu bagaimana gaya hidup minimalisme ini bisa berdampak pada pengelolaan keuangan kita? Berikut ini tips mengatur keuangan a la kaum minimalis.
Pertama, kita harus mengamini keyakinan para kaum minimalis, yakni bahwa kita hanya perlu memilki dan menyimpan barang yang benar-benar kita cintai.
Marie Kondo, menyebutnya sebagai barang yang bisa membuat kita bahagia. Sedangkan untuk barang-barang yang tak menerbitkan rasa bahagia, kita bisa mulai membuangnya.
Tentu, secara tidak langsung ini bisa membuat kita jadi berhemat. Kita hanya perlu membeli barang yang benar-benar kita cintai dan menerbitkan kebahagiaan.
Kita bahkan bisa mendapatkan pemasukkan dari barang-barang yang tak lagi membuat kita bahagia. Caranya, dengan menjualnya. Tentu, ini hanya berlaku untuk barang yang masih layak pakai.
Kedua, minimalisme juga memberikan alternatif kepada kita soal pemakaian barang. Kita diajarkan untuk menyewa ketimbang membeli.
Misalnya, untuk baju-baju untuk acara pesta kita bisa menyewanya saja. Tak perlu harus membelinya, apalagi jiga tag harganya mahal.
Padahal, barangkali kita hanya menggunakan baju ini jarang sekali. Cara ini, secara tak langsung membuat pengeluaran kita menjadi tertib.
Ketiga, pikirkan masa pakai barang. Coba bayangkan apabila kita ditawarkan dua pilihan. Handphone A dengan harga Rp 1,2 juta tetapi hanya berumur 6 bulan dan handphone B seharga Rp 2.5 juta dan masa pemakaiannya dapat mencapai 3 tahun.
Mana kira-kira yang akan anda pilih? Tentu saja barang yang jangka masa pemakaiannya lebih lama. Karena kita bisa lebih menghemat.
Keempat, kita tak perlu membebani diri untuk menjadi konsumtif hanya untuk menjadi lebih gaya.
Gaya hidup minimalisme ini seolah membuat kita sadar bahwa gaya hidup tak perlu harus konsumtif. Karena kebahagiaan pun bisa dicapai dengan gaya hidup yang sederhana saja.
Gaya hidup minimalis ini memang terdengar sangat radikal. Karena kita tahu, menahan semangat kita untuk menjadi terus konsumtif itu sulit.
Apalagi, zaman sekarang ketika berbagai barang selalu nampak menarik. Hidup minimalis ini memang soal kebiasaan. Kita hanya perlu membiasakan diri saja.
Minimalisme, perlahan tapi pasti akan membuat kondisi keuangan kita menjadi lebih sehat. Karena, secara tak langsung pola konsumsi kita akan berubah. Kita tidak perlu membeli barang yang kita inginkan.
Bayangkan, jika tiap bulan kita selalu menyempatkan diri untuk membeli sesuatu yang sebenarnya tidak kita perlukan, kita akan menjadi begitu boros.
Sedangkan ketika bisa menahan diri untuk membeli barang yang benar-benar diperlukan hanya dalam satu tahun sekali, tentu kondisi keuangan kita akan menjadi lebih sehat. Selamat mencoba. * (Penulis : Ninnasi Muttaqiin, S.M.B., M.SM., CFP., ANZIIF (Assoc.) CIP. – Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNUSA)