Surabaya – Melakukan perubahan bukanlah hal yang mudah, namun bisa dilakukan. Transformasi dilakukan untuk membangun peradaban yang memberi efek yang luar biasa bagi seluruh pengguna jasa.
Demikian yang disampaikan Direktur Utama PT ASDP Indonesia Dr Ir Ira Puspadewi MDM, saat memberi kuliah umum Meet The CEO di Auditorium Tower Unusa, Kampus B, pada Senin (25/11). Perempuan cantik ini berbagi pengalaman memimpin perusahaan pelat merah selama ini lekat dengan sebutan ‘dunia preman’.
Sebelumnya wanita kelahiran Malang, 12 Desember 1967 ini banyak menghabiskan karirnya di GAP Inc., sebuah perusahaan garmen terkemuka di Amerika yang berbasis di San Fransisco. Kariernya di perusahaan tersebut sangat cemerlang, hingga akhirnya Ira didapuk sebagai Direktur Asia Pasifik yang membawahi 7 negara.
Pada tahun 2014, alumni peternakan Universitas Brawijaya ini memutuskan kembali ke Indonesia, dan mengambil alih tampuk kepemimpinan di PT Sarinah (Persero). Dan tahun 2017, Ira diberi mandat pemerintah menjadi Dirut PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Indonesia Ferry (Persero) atau disingkat PT ASDP Indonesia Ferry. Perusahaan ini memiliki 202 kapal yang tersebar di 35 pelabuhan.
“Selama 17,5 tahun saya mengurusi dunia fesyen di sektor ritel. Dan kini mengelola 5. 000 karyawan yang 75 persennya adalah karyawan laki-laki. Hidup saya di tengah preman,” katanya .
Bagi Ira, kehadirannya sebagai sosok perempuan di antara dominasi karyawan laki-laki justru menjadi sebuah keuntungan. Dari penelitian, laki-laki jika dipimpin perempuan akan sulit bertarung. Pasalnya naluri wanita untuk tidak menimbulkan kerusakan sangat tinggi. Perempuan akan lebih memilih berkolaborasi ketimbang melakukan pertarungan.
“Setiap orang punya ibu dalam hidupnya. Keberuntungan seorang ibu adalah memiliki otoritas pertama yang punya kuasa terhadap hidup manusia. Kalau perempuan bisa nginjak sambil tersenyum, kalau laki-laki pasti langsung tawur. Istilah orang Jawa, bisa kalah wirang menang ora kondang. Ya, kalau jadi cewek pilih menanglah,” katanya.
Ira mengakui satu hal yang paling sulit mengubah ASDP saat terjadi perkelahian antar serikat pekerja yang sudah berlangsung bertahun-tahun. Ini mengingat ASDP merupakan perusahaan yang cukup strategis. Pasalnya jika kapal tidak jalan, maka logistik di Indonesia akan terganggu, terutama logistik di wilayah Timur yang sangat tergantung dengan keberadaan kapal dan pelabuhan ASDP.
Namun dengan naluri perempuan itulah, Ira melakukan pendekatan komunikasi. Alhasil para serikat pekerja pun mau tabayyun, mencari solusi terbaik.
“ Para pekerja yang awalnya mau njerikal (berulah) akhirnya mau tabayyun. Mereka pikir daripada bertengkar bertahun-tahun tidak ada hasilnya. Apalagi CEO sekarang sangat mudah diajak berkomunikasi dan bisa dikontak sewaktu-waktu. Alhamdulillah kini serikat pekerja ASDP hanya satu. Inilah keuntungan naluri perempuan yang lebih suka memilih kolaborasi ketimbang berkonflik,” papar Ira.
Transfrormasi yang dilakukan terus menerus akhirnya membuahkan hasil. ASDP kini memiliki jumlah ferry terbanyak. Tahun ini berhasil menambah 52 kapal menjadi 202 unit, meski belum mencapai jumlah penumpang terbanyak. Sedangkan jumlah rute mencapai 243 rute.
Ira sangat menekankan misi transformasi perusahaan untuk membangun peradaban. Salah satu implementasinya adalah membuka kawasan wisata Raja Ampat. Baginya peradaban yang dibangun ASDP tak hanya bermanfaat pada logistik saja namun juga pengguna jasa seperti sektor pariwisata.
“Saya sangat menekankan tentang peradaban, karena mengubah sebuah kebiasaan atau budaya itu tidak mudah namun bisa dilakukan. Contoh nyata adalah perilaku penumpang kereta api sekarang dengan peradaban yang lebih maju dan terorganisir. Itulah yang ingin saya bangun di sektor transportasi laut ini,” katanya.
Untuk itu frame yang dilakukan dengan transformasi korporasi ke dalam dulu, yakni membereskan pertengkaran yang sudah berlangsung puluhan tahun. Hasilnya tahun ini sebuah dermaga di Bangkaheuni yang sudah 18 tahun mangkrak kini bisa beroperasional lagi. Di kawasan tersebut akan dibangun destinasi wisata dan transportasi.
“Dulu di NTT banyak kapal yang sudah diremajakan namun kurang berfungsi karena budaya meludah di lantai atau pun WC yang masih bau. Namun sekarang, hal itu berubah karena kita terus mengecek kondisinya. Bagi kami jika urusan di belakang bisa beres maka yang di depan juga akan beres,” katanya.
Tidak hanya kapal, kawasan pasar ikan juga tak luput dari transformasi membangun peradaban yang dilakukan ASDP. Pasar ikan tak lagi menjadi kawasan kumuh, bahkan di kawasan tersebut akan dibangun hotel berbintang.
“Kita mengubah dan membangun infrastruktur yang baik, agar mengubah kebudayaan dan kebiasaan orang menjadi baik , hingga akhirnya mampu membangun sebuah peradaban baru. Dengan peradaban baru, Starbuck pun kini mau membangun gerainya di Labuan Bajo ,” katanya. (hap/Humas Unusa).