Surabaya – Cangkrukan anak muda baik di warung-warung maupun kafe kopi di seluruh sudut kota kini semakin tren. Tak hanya bersosialisasi dan kumpul-kumpul, di tempat tersebut mereka juga banyak yang menjalankan bisnisnya secara online.
Sayangnya mereka banyak yang tidak menyadari bahwa tempat-tempat tersebut menjadi tempat penyebaran zat napza, yakni narkotika, psikotropik, dan zat adiktif. Fenomena itulah yang diangkat dalam Kuliah Pakar program studi (prodi) D4 Analis Kesehatan Fkes, pada Selasa (16/4/2019).
Sebanyak 150 mahasiswa mengikuti kuliah pakar yang digelar di Kafe Fastron lantai 3 Tower Unusa Kampus B. Kuliah pakar mengundang pembicara Prof Dr Win Darmanto MSi Med Sci PhD, ahli toksikologi dari Fak Sains dan Teknologi Unair. Tema yang diusung adalah ‘Risiko penyalahgunaan napza dan metode deteksinya (health risk of narcotics abuse and their detection methods).
Prof Win mengatakan zat napza merupakan obat yang jika masuk ke dalam tubuh akan berpengaruh ke fungsi tubuh terutama otak. Sehingga, dapat berpengaruh terhadap kerja otak dan mengubah perilaku pemakainya menjadi tidak normal.
“Penyebaran narkotik ini banyak terjadi ditempat cangkrukan yang sekarang banyak bertebaran seperti warung atau kafe kopi. Tak hanya di kota sebesar Surabaya, di kota kecil seperti Tulungagung juga sudah menyebar,” kata Prof Win.
Berdasarkan data 2010, lanjut Prof Win, sebanyak 4,7 persen pelajar dan mahasiswa menggunakan napza. “Saya berharap angka tersebut kini jauh berkurang menjadi 0,00 persen saja,” katanya.
Diakui Prof Win saat kuliah dirinya sering mengonsumsi obat penambah daya tahan tubuh. Sehingga bisa tahan belajar semalam suntuk menjelang ujian. “Saya baru menyadari saat kuliah di Jepang jika hal itu tidak bermanfaat. Karena sebenarnya tubuh sudah ada kontrol untuk mengatur rasa lelah. Jadi kita harus bisa mengatur ritme tubuh kita sendiri. Tolong yang minum obat jelang kuliah jangan ditiru adik-adik ya,” katanya disambut gelak mahasiswa.
Maharani Pertiwi K. S.Si M. Biotech Ph.D, Dosen Fkes Unusa mengatakan kuliah pakar digelar 2 hingga 4 kali dalam setahun. Tujuannya untuk memberi pengetahuan dan pemahaman yang bisa mendukung kompetensi dan keahlian para mahasiswa. Sesuai dengan bidang analis kesehatan, banyak mahasiswa yang usai kuliah bekerja di laboratorium narkotika, rumah sakit, dan puskemas.
“Tema kali ini mengangkat resiko penyalahgunaan napza dan metode pendeteksiannya, agar mahasiswa mendapatkan bekal pengetahun dan wawasan dari pengalaman para pakar. Sejak 2015 ingkat penyalahgunaan napza, terutama narkotika semakin tinggi hingga kini,” kata Maharani selaku wakil penanggungjawab kuliah pakar, Selasa (16/4/2019).
Maharani mengatakan narkotika itu merupakan terapi untuk pengobatan. Namun sayangnya sekarang banyak digunakan kepada orang yang sehat, sehingga menjadi toksin. (hap/Humas Unusa)