Surabaya – Dengan judul “Legal Ethic and Evidence Based Nursing Practice In Stroke Rehabilitation Across The Countinuity Of Care” Himpunan Mahasiswa (HIMA) Magister Terapan Keperawatan Unusa gelar kuliah pakar tingkat regional pada minggu, (06/01). Acara yang menghadirkan Ketua DPW Provinsi Jatim dan Ketua Diklat DPP Persatuan Perawat Nasional Indonesia ini, dihadiri oleh ratusan peserta dari pelbagai universitas dan rumah sakit di seluruh Jawa Timur.
Menurut Ricky Akbaril Okta Firdaus. S. Kep., Ns ketua pelaksana kuliah pakar, materi ini sangat penting untuk didapatkan oleh praktisi dan mahasiswa, khususnya magister terapan keperawatan. Selain karena fokus jurusan penanganan pasien rehabilitasi stroke dengan baik masih sangat kurang di Indonesia. Padahal prosesi penanganan pasien, bisa dibilang cukup kompleks. Dari gizi hingga spiritualitas juga harus diperhatikan sesuai porsi yang dibutuhkan pasien. “Karena fokus jurusan kami ke arah stroke dan penanganan pasien rehabilitasi stroke di Indonesia ini masih sangat kurang, maka teman-teman hima magister terapan keperawatan Unusa ingin sama-sama sharing kepada teman-teman praktisi dan mahasiswa,” jelasnya.
“Harapannya yang pertama yakni peserta dapat memahami legal ethic stroke, yang kedua dapat memahami evidence based practice dan pemeriksaan fisik pada pasien stroke, dan ketiga dapat memahami nutrisi yang dibutuhkan untuk pasien stroke, terakhir dapat memberikan education tentang terapi spiritual pasien stroke, dan dapat mengaplikasikan rehabilitation pasca stroke,” imbuhnya saat ditanyakan tentang harapan dari diselenggarakan kuliah pakar ini.
Dibagi dua sesi, kuliah pakar penanganan pasien stroke ini dapuk 5 narasumber ahli dalam bidang stroke. Nur Hidayah, S.Kep, Ns., M.Kes salah satunya, dalam materi Spiritual Recovery Rehabilition Of Stroke, ia mengungkapkan bahwa menangani pasien stroke bukan hanya dari segi fisiknya saja melainkan spiritualitas juga perlu diperhatikan. “Spiritual adalah Hal lain yang termasuk wajib diperhatikan dalam praktik penanganan pasien stroke, tak hanya si pasien, keluarga pasien juga harus menjadi fokus utama,” katanya menjelaskan di tengah kuliah pakar.
Zulfatul A’la yang juga narasumber mengungkapkan, mendampingi proses penyembuhan pasien penderita stroke, bukan hal yang mudah. Kesiapan fisik dan mental wajib dimiliki oleh keluarga pendamping juga. Selain itu kekuatan spiritual juga mampu mempengaruhi proses percepatan penyembuhan pasien. “Semakin tinggi spiritual keluarga akan semakin rendah tingkat depresi keluarga, jika keluarga semakin rendah depresinya otomatis spirit itu akan menular juga kepada pasien penderita stroke,” imbuhnya menjelaskan. Maka dari itu perhatian terhadap sisi psikologis juga memiliki pengaruh yang cukup signifikan untuk pasien dan keluarga. (rere/humas)