Surabaya – Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menjalin kerjasama dengan Yongin Mental Hospital, Gyeonggi Province, Republic of Korea. Dari kerjasama ini, Unusa akan membuat sebuah tempat rehabilitasi psikososial bagi pasien gangguan jiwa berat.
Tempat rehabilitasi ini di Klinik Pratama di Kampus A Unusa Jalan Smea yang selama ini ada. Klinik ini nantinya juga akan difungsikan sebagai tempat rehabilitasi pasien gangguan jiwa berat sebelum pasien dipulangkan dari rumah sakit jiwa ke rumahnya. Di Klinik ini, Unusa akan membentuk sebuah komunitas bernama Community Mental Health Center (CMHC).
Ketua Tim CMHC Unusa, dr. Hafid Algristian, SpKJ mengatakan awal kerjasama dengan Yongin Mental Hospital ini ketika dia mendapatkan pelatihan tenaga rehabilitasi pasien gangguan jiwa di Korea, April lalu. “Dari sana mulai tergerak untuk membawa ini ke Unusa. Apalagi Unusa juga punya klinik pratama. Sehingga nantinya kalau ini berjalan, maka Klinik Pratama Unusa ini akan menjadi yang pertama tempat rehabiitasi non rumah sakit,” ujar dr. Hafid.
Korea khususnya di dengan Yongin Mental Hospital, diakui dr. Hafid sangat bagus dalam hal penanganan pasien gangguan jiwa pasca dari rumah sakit. Bagaimana pasien-pasien itu dilatih keterampilan agar bisa mandiri selepas dari rumah sakit. “Setidaknya bisa kembali ke lingkungan itu dengan lebih mandiri,” tambah dr. Hafid.
Nantinya, klinik Pratama Unusa ini akan bekerjasama dengan rumah sakit yang khusus merawat pasien gangguan jiwa misalnya RSJ Menur, Lawang dan RSU dr. Soetomo. Juga akan bekerjasama dengan komunitas-komunitas pasien dan keluarganya. Misalnya Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia, Komunitas Harmony in Diversity (untuk pasien bipolar).
Selain itu akan bekerjasama dengan yayasan non government organization (NGO) seperti Yayasan Hotline Surabaya, Rumah Kartika Cordelia dan sebagainya. Sehingga ketika pasien sudah diperbolehkan pulang, maka pasien akan langsung mendapatkan penanganan dari tim CMHC Unusa untuk pemberian pelatihan-pelatihan. “Agar supaya pasien itu punya kegiatan. Dia tidak melamun. Kalau tidak ada kegiatan, pikiran kosong maka bisa memicu kambuhnya kembali gangguan jiwanya,” jelas dr. Hafid, Jumat (13/7) di Tower Unusa Kampus B Jemursari Surabaya.
Dalam hal ini, Yongin Mental Hospital akan melakukan supervisi terhadap klinik ini selama satu tahun. Unusa sendiri menarget pada tahun depan, klinik rehabilitasi ini bisa mulai melakukan kegiatannya. Sehingga benar-benar menjadi unggulan dan menjadi yang pertama untuk klinik rehabilitasi gangguan jiwa berat.
Nantinya, klinik ini akan menjadi unggulan karena tim yang ada di sana memiliki kemampuan yang sangat mumpuni. Ada psikiater, perawat khusus dan peralatan – peralatan yang dibutuhkan sebagai standar klinik rehabilitasi gangguan jiwa dan sebagainya.
Selain itu, diakui dr. Hafid, Unusa memiliki tim Karsewa (Kader Kesehatan Jiwa) yang terdiri dosen dan mahasiswa keperawatan juga kader kesehatan dari masyarakat sekitar. Di mana kader ini akan dilibatkan untuk melakukan tindakan preventif terhadap pasien gangguan jiwa.
“Kita punya banyak keunggulan. Dan kita yakin ini akan menjadi keunggulan Unusa untuk membantu pasien-pasien gangguan jiwa,” tandasnya.