Surabaya – Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) bersama Polrestabes Kota Surabaya sepakat berkomitmen anti terorisme khususnya Kota Surabaya. Kali ini Pusat Pengembangan Masyarakat dan Peradaban Islam (PPMPI) Unusa mengadakan kajian rutin mengusung tema Millenarianism, Fundamentalism and Radicalism: Some Conceptual and Theoretical Framework in Studying Terrorism in Indonesia (Millenarianisme, Fundamentalisme dan Radikalisme: Beberapa Kerangka Konseptual dan Teoritis dalam Mempelajari Terorisme di Indonesia), Narasumber yang dihadirkan Kapolrestabes Surabaya, Kombes. Pol. Rudi Setiawan, S.I.K., S.H., M.H. dan Wakil Rektor 1 Unusa, Prof. Kacung Marijan, Ph.D., Jumat (13/4).
Kapolrestabes Surabaya, Kombes. Pol. Rudi Setiawan, S.I.K., S.H., M.H.mengungkapkan Ke-Ekstrim-An Beragama Di Tengah Kehidupan Masyarakat Yang Bhineka Tunggal Ika perlu diperhatikan lagi. Karena saat ini mulai banyak golongan-golongan baru yang mengatasnamakan agama. Ada tiga penyebab yang menjadikan golongan-golongan baru tersebut menjadi kelompok Ekstrimisme Beragama. “Tiga penyebab tersebut antara lain, Belajar atau memahami agama kepada sumber yang tidak tepat, Keengganan bertanya tentang pengetahuan/ilmu agama, Cara pemahaman yang tidak benar terhadap pengetahuan atau ilmu agama, Pengaruh lingkungan. Faktor-faktor tersebut menyebabkan, radikalisme dan terorisme,” ungkapnya.
Rudi Setiawan menambahkan, Dampak Ekstrimisme Beragama, RADIKALISME (Paham atau aliran yang menginginkan perubahan/ pembaharuan dengan menggunakan kekerasan atau drastis melalui sikap ekstrem). TERORISME, (Penggunaan kekerasan dan menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai tujuan melalui praktik tindakan teror). “Dampak Ektrimisme Beragama salah satunya, Konflik Intern dan Ekstern Beragama, Gangguan Kamtibmas,” tambahnya.
Wakil Rektor 1 Unusa, Prof. Kacung Marijan, Ph.D. mengungkapkan, saat ini Ekstrimisme Beragama mulai mengkhawatirkan, sehingga perlu diperhatikan kembali agar tidak menyebabkan gangguan Kamtibmas dan sebagainya. “Adanya PPMPI dan kegiatan ini merupakan respons Unusa terhadap situasi saat ini. Menurutnya permasalahan agama yang sangat sensitif ini jika sudah terjadi, jika tidak adanya kajian dan penyelesaian malah akan menjadi masalah ke-agama-an atau persoalan teologis.
“Kajian ‘Psikologi dan Sosiologi ke-ekstrim-an beragama’ UNUSA dibuat dalam rangka memperluas wawasan akan persoalan agama dan masyarakat, serta memberi kontribusi pada usaha peningkatan kesejahteraan psikologis (mental) dan sosial masyarakat Indonesia dalam upaya menciptakan masyarakat yang lebih damai,” tuturnya. (Humas Unusa)