Masalah pertumbuhan di Indonesia masih lekat dengan gizi kurang dan obesitas. Sesuai data di Kemenkes tahun 2016, Indonesia jutaan anak berusia di bawah lima tahun mengalami masalah gizi ini. Penyebab masalah gizi di perkotaan bukan karena faktor ekonomi namun didominasi oleh kesukaan makan hanya pada makanan tertentu, dalam hal ini disebut kesulitan makan. Kesulitan makan dijumpai pada anak usia 9-12 bulan yakni sebesar 25%, jumlah tersebut akan meningkat sekitar 40-70% pada anak usia 1-3 tahun. Hal ini juga yang sering membuat masalah tersendiri bagi orang tua, (Azwar, 2008).
Kesulitan makan sering dialami oleh anak terutama rentang usi 1-3 tahun yang disebut juga usia food jag, yaitu anak hanya makan pada makanan yang disukai atau bahkan sulit makan (Afiani Lika dkk, 2003). Wonokromo merupakan bagian dari kota Surabaya Selatan yang sangat padat penduduk, yang berbatasan dengan terminal Joyoboyo. Masyarakat di kelurahan Wonokromo sebagian besar adalah penduduk asli dan sebagian pendatang dari Madura. Pelayanan kesehatan di Wonokromo diantaranya Puskesmas, Bidan Praktik Mandiri (BPM), kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan balita mencakup Posyandu balita, posyandu gizi.
Posyandu gizi berbeda dengan posyandu balita. Posyandu balita diadakan di setiap RT dua kali dalam sebulan, dengan peserta semua bayi dan Balita, dengan kegiatan penimbangan berat badan (BB), ukur lingkar kepala (LIKA), ukur tinggi badan (TB) dan pemberian makanan tambahan dengan menu berupa snack. Sedangkan posyandu gizi diadakan selama 5 hari berturut-turut dalam sebulan dengan peserta semua balita dengan status gizi kurang atau kurus, kegiatannya meliputi penyuluhan, demonstrasi, pendampingan dan pemberian makanan tambahan berupa menu nasi, lauk dan sayur, yang bertujuan agar ibu balita dapat membuat menu serupa saat di rumah.
Annif Munjidah, SST., M.Kes. menjelaskan berdasarkan dari rekapitulasi data penentuan status gizi (hasil penimbangan serentak) berdasarkan nilai Z_score (WHO-2006) Dinkes Kota Surabaya Tahun 2016 didapatkan hasil bahwa ada 26 balita kurus di Wonokromo. Hasil pengamatan kegiatan di posyandu gizi Wonokromo, belum ada intervensi tentang tehnik pemijatan balita terkait dengan permasalahan gizi ini. “Untuk itu diperlukan upaya yang sinergi, antara petugas kesehatan di lapangan, dosen dan keluarga sehingga dapat mengatasi masalah status gizi ini melalui pendekatan untuk mengatasi kesulitan makan dan meningkatkan daya penyerapan zat gizi yang bersifat savety dan meminimalkan dampak buruk pada anak,” ungkapnya.
Kegiatan posyandu gizi di Wonokromo rutin dilakukan setiap bulan sekali, selama 5 hari berturut-turut, hanya saja kegiatan yang dilakukan hanya seputar penyuluhan tumbuh – kembang, nutrisi, dan stimulasi, sedangkan penyuluhan tentang pijat bayi yang erat kaitannya sebagai solusi pada permasalahan balita kurus belum pernah dilakukan. Selain itu masyarakat di daerah ini masih berorientasi bahwa balita yang kurus hanya bisa diatasi dengan obat-obatan atau multivitamin. Oleh karena itu perlu peningkatan pengetahuan dan keterampilan pada ibu balita dalam permasalahan status gizi kurus khususnya dalam mengatasi kesulitan makan pada balita. Sehingga dapat status gizi balita dapat diatasi.
Dosen D3 Kebidanan Unusa, Fritria Dwi A, SST., M.Kes. sekaligus penyuluh dalam kegiatan ini mengungkapkan, permasalahan yang terjadi di Wonokromo adalah masih banyaknya balita dengan status gizi kurus, meskipun kegiatan posyandu gizi sudah aktif, namun kegiatan penyuluhan terkait permasalahan gizi balita masih kurang optimal, karena keterbatasan tenaga Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Wonokromo Surabaya dengan melibatkan 2 dosen Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) Prodi DIII Kebidanan yang keduanya merupakan dosen dengan keahlian di bidang kebidanan selain itu juga melibatkan 5 mahasiswa prodi DIII Kebidanan semester 3 dan 5.
“Mahasiswa semester 5 telah mendapat materi Asuhan Kebidanan Neonatus, bayi balita dan anak Pra sekolah dan telah beberapa kali praktik kebidanan di lahan praktek. Mahasiswa semester 3 berpenerapan membantu pelaksanaan teknis dan sebagai upaya pembelajaran dalam mempersiapkan praktek dan mempelajari berbagai karakteristik masyarakat dalam hal kesehatan,” ungkapnya saat di temui di ruang kerjanya, Kamis (22/3).
Perempuan yang juga Ketua Prodi D3 Kebidanan Unusa ini menambahkan, Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan tema “Penerapan pijat Tui Na dalam mengatasi kesulitan makan pada balita di Wonokromo Surabaya” bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan orang tua tentang pijat Tui Na sebagai upaya dalam mengatasi kesulitan makan pada balita. Kesimpulan dalam pelaksanaan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat adalah sebagai berikut, Orang tua balita sebagian besar berpendidikan menengah, Ada perbedaan pengetahuan orang tua tentang Tui Na sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan. Ibu balita sebagian besar memahami Tui Na pasca penyuluhan. “Diharapkan orang tua dapat mengimplementasikan Tui Na kepada anaknya agar berat badan anak bisa naik dan status gizinya baik,” Pungkas Fritia.