Pance Mariati, S. Pd., M.Sn
Surabaya – Tari merupakan salah satu kesenian yang digemari sejak kecil oleh Pance Mariati, S. Pd., M.Sn, Dosen dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unusa. Oleh sebab itu sejak kecil ia pun sudah terbiasa naik ke atas panggung, mengisi acara malam tirakatan 17 Agustus atau di acara hajatan. Bakatnya ini didukung pula oleh kedua orang.
“Melihat latarbelakang keluarga sebenarnya saya tidak ada darah seni, namun karena bakat membuat orang tua terlebih nenek, mendukung saya untuk terus menari,” ungkap Pance, Senin (21/6).
Pance kecil sudah diikutkan sanggar tari, sehingga membuat bakatnya semakin terasah. “Di sanggar tari ada pelatih yang mengarahkan gerak tari, ” ungkap Pance.
Pance menceritakan kegiatan menari baru berhenti ketika dirinya memasuki masa Sekolah Menengah Atas “Karena tugas yang diberikan cukup banyak jadi saya putuskan untuk berhenti menari. Selain itu saya merasa sudah tumbuh remaja. Ada rasa malu ketika teman-teman SMA tahu kalau saya menari,” ungkap wanita berusia 33 tahun ini.
Saat lulus sekolah, Pance memutuskan melanjutkan kuliah di jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Dua kali ikut tes ia gagal. “Saya malah diterima di Jurusan Pendidikan Sendratasik di Unesa. Saya ambil saja jurusan ini,” terang Pance.
Dengan bakat yang ada, dirinya mendapatkan beasiswa dari awal sampai akhir kuliah. “Selain itu saya sering pentas di acara TVRI, nikahan, serta acara-acara hari jadi Surabaya dan masih banyak lagi,” terang wanita yang pernah mengajar di SDN Lakarsantri pada tahun 2010.
Pance menceritakan keinginan untuk menjadi dosen sudah ada sejak mengambil pendidikan sarjana. Dengan tekat yang kuat membuat dirinya bisa mendapatkan beasiswa unggulan untuk melanjutkan kuliah magister atau S2 di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.
Dari bakat inilah, wanita kelahiran Tuban, 26 Maret 1988 saat ini selain menjadi dosen juga masih aktif menjadi pengamat seni tari serta sering diminta untuk menjadi juri. “Saya benar-benar sudah jatuh cinta sama tari,” ungkapnya.
Kini bakat seni tarinya menurun ke anak pertama yang mulai menyukai seni tari. “Saya membebaskan bakat anak saya, namun dirinya pelan-pelan ingin ikut sanggar tari,” ucapnya.
Mengikuti jejak dirinya, Pance merasa senang, lantaran ada generasi muda yang melestarikan seni tari. “Senang karena memang generasi muda kita masih cukup banyak yang ingin belajar tari,” jelas Pance. (sar humas)