Surabaya – Bulan Ramadan merupakan bulan istimewa dibandingkan bulan yang lainnya. Momentum di bulan puasa ini juga merupakan waktu yang baik untuk mengajarkan pendidikan karakter kepada putra-putri kita (siswa, santri, mahasiswa, dll).
Dosen S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unusa, Dr. H. M. Syukron Djazilan, S.Ag, M.Pd.I menjelaskan, saat ini sejumlah peristiwa yang memprihatinkan, seolah-oleh nilai dan norma sosial terguras dan terdegradasi, krisis multidimensi dan dekadensi moral merajalela di tengah masyarakat kita.
“Untuk menangkal itu semua mari kita jalankan ibadah puasa di bulan Ramadan ini dengan kaffah, insya Allah kita akan mampu mengendalikan diri dan terhindar dari permasalahan tersebut,” ungkapnya, Jumat (16/4).
Puasa secara sederhana diartikan sebagai suatu bentuk penghindaran diri dari segala hal yang membatalkan, sejak fajar sampai dengan Maghrib. “Esensi yang termuat di dalamnya adalah puasa secara fisik dan mental,” jelas Syukron.
Syukron mencontohkan secara fisik, artinya meninggalkan makan dan minum, sedangkan secara mental, artinya menghindari segala sesuatu yang dapat membuat batin kita berdosa baik lewat mulut, mata dan lain sebagainya, dan yang lebih utama menjaga agar hati jangan sampai tergerak berbuat dosa.
“Tanpa disadari dengan melaksanakan puasa sesuai pengertian tersebut di atas, kita telah melakukan pendidikan karakter pada diri sendiri, sebab kalau kita puasa pasti menjaga diri dari hal yang membatalkan puasa, dan harus pula menjaga mulut atau lisan untuk berbicara yang tidak baik,” ungkap Syukron.
Secara terminologi, karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya yang bergantung pada faktor kehidupannya sendiri. “Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang,” jelas Syukron. (sar humas)