Surabaya – Lembaga Pelatihan Kerja Swasta (LPKS) Unusa bekerja sama dengan PT SAE Sakti Lintas Karya menggelar webinar bertema Menjadi Caregiver di Jepang: Tantangan dan Keunikan”, Sabtu (27/3).
Tema ini dipilih karena LPKS Unusa saat ini sedang menyiapkan beberapa perawat untuk mengisi lapangan pekerjaan sebagai Cargiver di Jepang. Menurut Komisaris PT. SAE Sakti Lintas Karya, Drg. Elia Rosalina Afif, MARS, MKK, Jepang saat ini memerlukan sekitar 20 ribu orang pekerja migran yang akan berkerja di 14 sektor diantaranya sebagai Cargiver dan perawat “Indonesia saat ini berusaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut, jadi langkah yang dilakukan LPKS Unusa ini cukup bagus,” kata wanita yang sebelumnya bekerja di Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI).
Elia berharap pada para perawat yang akan berangkat ke Jepang tidak hanya sekadar mencari uang, tapi juga bisa mengembangkan keterampilan atau ahli dalam teknologi yang digunakan di negeri itu. Untuk sementara yang diminta Cargiver, tapi di sana kita bisa meningkatkan keterampilan lain dengan sertifikat yang mereka miliki. “Anda bisa mengembangkan ke networking di sana, sehingga sebagai perawat atau caregiver bisa memiliki wawasan secara global,” harapnya.
Komisaris lainnya, Ir Agusdin Subiantoro menjelaskan bahwa lulusan perawat di Indonesia cukup banyak sedang tingkat penyerapannya sedikit, padahal kebutuhan di luar negeri terutama untuk merawat orang tua atau lansia cukup besar. “Ini adalah peluang dan dengan adanya LPKS Unusa, akan sangat membantu para lulusan perawat untuk bisa bekerja di luar negeri, seperti Jepang, yang membutuhkan banyak tenaga caregiver,” katanya menjelaskan.
Sementara Direktur PT. SAE Sakti Lintas Karya, Sakti Parlindungan, menjelaskan mereka yang akan berangkat ke Jepang tidak perlu khawatir untuk akomodasi hingga tempat tinggal selama di negeri matahari terbit itu. “Semuanya free dan LPKS Unusa sudah melakukan kerja sama dengan kami, jadi kami mempersiapkan semuanya yang terpenting syarat minimal Bahasa Jepang harus dikuasai ,” katanya.
Arief Syaiffudin, Amd. Kep., perawat Lansia di Jepang mencoba berbagi pengalamannya, dikatakannya, sebelum berangkat ke Jepang sebaiknya para peserta mengenal lebih dekat tentang negara tersebut termasuk budaya dan kebiasaan masyarakat serta kepribadian orang Jepang. Alasannya, karena yang akan kita kerjakan dan tangani di sana sebagai Caregiver adalah orang bukan robot, sehingga kita butuh sentuhan-sentuhan yang sesuai dengan kebiasaan orang Jepang. Tepat waktu, kerja keras, jujur, disiplin dan hormat pada orang lain adalah salah satu budaya masyarakat Jepang,” katanya.
Rektor Unusa Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng menyambut baik acara tersebut. Melalui acara ini menjadi penyempurna bagi para peserta yang berniat berangkat ke Jepang sebagai Caregiver. Peserta sudah berusaha untuk meningkatkan kemampuan bahasa Jepang. Melalui acara ini LPKS Unusa menyempurnakan usaha keras dari para peserta,” katanya, Sabtu (27/3).
Rektor berharap para peserta yang akan berangkat ke Jepang menjadi Caregiver bisa mempersiapkan beberapa hal seperti bahasa hingga kemampuan beradaptasi. “Dalam proses beradaptasi tidak harus meninggalkan identitas atau karakter dari bangsa Indonesia. Bahkan jika muslim untuk tetap bilang kepada masyarakat di Jepang. Mereka akan menghormati untuk tidak memberikan minum-minuman beralkohol hingga makan babi yang memang dalam Islam semua itu dilarang. Mereka akan lebih paham,” katanya menjelaskan.
Hadir pula pada Mrs Rika Katsuzawa direktur JHD (Japan Help Desk Indonesia) rekanan PT SAE si Jepang dan Mr. Koichi Direktur Utama Toroku Shien Kikan, serta Mrs Fatmanita Rochmadani Mitra PT. SAE bidang pendampingan, akomodasi, dan asuransi di Jepang.
Mr. Koichi menjelaskan selama pandemi Covid-19, Jepang masih membatasi datangnya imigran yang akan berkerja di Jepang. Sehingga ia meminta calon Caregiver bisa terus belajar bahasa Jepang sebagai salah satu syarat utama bekerja di Jepang. (sar humas)