Surabaya – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unusa menggelar Webinar Kepemimpinan Leadership In One Showing, dengan mengangkat tema Pemimpin Masa Kini: Adaptif, Kolaboratif, dan Progresif, Sabtu (13/3).
Acara ini menghadirkan dua narasumber, Dheatantra Dimas Wibisono dari Universitas Trisakti Jakarta dan Anjar Pramono, tokoh inspiratif mahasiswa Universitas Brawijaya Malang.
Dalam sambutannya, Wakil Rektor 2 Unusa, Ir. Muhammad Faqih, M.SA., Ph.D., menjelaskan bahwa pemimpin harus memiliki sifat yang sama dengan sifat Nabi Muhammad SAW seperti Siddiq, Amanah, Tabligh, dan Fathonah. Empat sifat ini menjadi dasar seorang calon pemimpin. “Selain itu ada sifat nabi yang secara khusus yaitu lembut. Kelembutan ini memang hal yang dibutuhkan oleh semua manusia,” jelasnya.
Faqih juga menambahkan menjadi pemimpin bisa mencontoh Rasul, jika ada masalah bisa dimusyawarahkan. “Sehingga menjadi Ketua BEM bisa mendengarkan kritik dan saran dari mahasiswa maupun stakeholder lainnya,” tuturnya.
Dheatantra Dimas Wibisono menjelaskan, menjadi pemimpin tidak harus menjadi Ketua BEM atau lainnya. Namun saat menjadi ketua kelompok dalam mata kuliah bisa menjadi awal menumbuhkan rasa kepemimpinan. “Dari sana kita bisa mengayomi atau bahkan membawa anggota kita satu suara dengan kita. Di sini kita bisa mengetahui sejauh mana menjadi pemimpin,” ucap Dimas.
Dimas menekankan jika sudah bisa menjadi ketua kelompok, maka bisa melangkah ke tahap selanjutnya. “Dengan mengikuti organisasi kampus, kita bisa menambah ilmu kepemimpinan,” katanya mengungkapkan.
Dikatakan Dimas, menjadi pemimpin itu harus bisa mengatasi masalah kecil yang bisa datang setiap harinya. “Dengan mengatasi hal kecil akan belajar melalui masalah tersebut. Jika tidak diselesaikan, nantinya akan menjadi bom waktu bagi kita sendiri meskipun masalah itu kecil, kita harus selesaikan dan terkadang itu kita remehkan. Beda halnya dengan masalah besar kita akan fokus menyelesaikan masalah tersebut,” jelas Dimas.
Sementara itu, Anjar Pramono mengaku senang dengan tema webinar yang menekankan tentang pemimpin masa kini: adaptif, kolaboratif dan progresif. Ini merupakan hal yang dibutuhkan kaum milenial. “Menjadi pemimpin itu harus bisa memegang tiga hal tersebut,” ucap Anjar.
Anjar menjelaskan, adaptif merupakan cara pemimpin untuk bisa menyesuaikan antara dirinya dengan lingkungan. “Contoh kita harus bisa beradaptasi pada lingkungan saat di luar negeri, bagaimana kita menjalankan salat lima waktu dan beberapa hal adaptasi lainnya,” ucapnya.
Sementara kolaboratif, katanya menambahkan, merupakan kolaborasi antar dua individu, organisasi atau bahkan instansi untuk saling menguntungkan.
“Melalui kolaboratif kita bisa bersama-sama mencapai tujuan yang sama antar individu. Sedang progresif adalah bergerak secara visioner, semakin cepat namun terarah. Selain itu pemimpin harus care kepada mahasiswa lainnya. Kita bisa mendengarkan keluh kesah dari teman mahasiswa lainnya melalui permasalahan yang dialami, dengan begitu kita bisa mengayomi seluruh anggota,” jelas Anjas panjang lebar. (sar humas)