Surabaya – Himpunan Mahasiswa (Hima) Program Studi S2 Keperawatan Terapan, Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (FKK) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menggelar Seminar Keperawatan yang mengusung tema Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Hematologi dan Onkologi yang Terkonfirmasi Covid 19.
Dalam acara tersebut menghadirkan beberapa narasumber, yakni Rudi Hartono, S.Kep.Ns, (Perawat IPCN RSPAL Dr. Ramelan Surabaya), Iis Noventi, S.Kep.,Ns, M.Kep (Dosen FKK Unusa), Dul Majid, S.Kep.,Ns. (Kepala Ruang Isolasi Covid-19, RSPAL Dr. Ramelan Surabaya), dan Anies Muthoharoh, S.Kep.Ns. (Kanit Rawat Inap RSI A.Yani Surabaya).
Rudi Hartono, S.Kep.Ns menjelaskan, jika semua jenazah yang memiliki penyakit menular tersebut berpotensi menularkan virus. Penularan infeksi atau pun virus ini bisa menular melalui cairan, darah, atau hal-hal yang dapat menjadi sarana penularannya.
“Perlu adanya penanganan ekstra bagi jenazah yang memiliki penyakit menular tersebut. Jadi tidak jarang penanganan ini sudah dilakukan perawat sejak dalam ruang jenazah. Agar penyakit ini tidak menular ke perawat atau bahkan orang lain,” jelas Rudi, Senin (8/3).
Rudi menjelaskan, jika penanganan jenazah yang memiliki penyakit menular ini dilakukan secara khusus seperti dibungkus plastik hingga kantong jenazah. Hal ini dapat mencegah terjadinya penularan virus atau penyakit menular.
“Penularan penyakit ini bisa menulari perawat saat jenazah dalam perpindahan di ruang rawat, ruang transit, pemandian, ruang doa atau salat, atau bahkan di dalam mobil jenazah. Jadi harus ditangani dengan serius untuk jenazah yang memiliki penyakit menular tersebut,” jelas Rudi.
Salah satu pemateri lainnya, Dosen Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (FKK) Unusa, Iis Noventi, S.Kep.,Ns, M.Kep menjelaskan, pasien yang memiliki penyakit stadium akhir sulit disembuhkan secara medis. Sehingga hal ini memerlukan terapi nonfarmakologis dengan breathing exercise, HGI dan SEFT. “Beberapa penyakit ini sulit untuk diatasi seperti kanker dan jantung terlebih sudah memasuki tahap stadium akhir,” jelasnya.
Iis menjelaskan penyakit yang memiliki stadium yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam bernafas. Sehingga latihan pernafasan yang baik menjadi salah satu cara untuk menangani penyakit ini. “Active cycle of breathing technique menjadi salah satu cara untuk membersihkan jalan nafas dari sputum,” ungkapnya.
Iis mengungkapkan, breathing exercise akan meningkatkan kapasitas inspirasi dan merangsang otot-otot pernafasan. Melalui latihan huffing dapat meningkatkan tidal volume . “Membuka sistem colateral saluran nafas membantu sputum mudah dikeluarkan,” ungkapnya.
Iis menambahkan, dengan breathing control (BC) bertujuan mendidihkan kembali pola pernafasan tenang dan ritmis. “Gangguan pernafasan ini sering terjadi pada orang yang menderita penyakit berat seperti jantung dan kanker, khususnya yang memang penafasannya sedikit terganggung, bahkan penderita covid-19 ini pun diajarkan cara tersebut,” jelasnya. (sar humas)