Surabaya – Dosen Program Studi (Prodi) S1 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Andini Hardiningrum, S.Pd.,M.Pd menilai pentingnya komunikasi yang baik pada anak.
Andini menjelaskan terkadang manusia lupa akan makna komunikasi yang baik dengan manusia lain untuk menyampaikan pesan sesuai dengan maksud yang dituju. Seringkali kita sebagai manusia lebih mementingkan pesan yang ingin disampaikan daripada komunikasi yang benar dan baik pada oranglain khususnya anak. “Tanpa komunikasi suatu hubungan tidak akan terjalin baik,” ucapnya, Jumat (1/1).
Pada usia ini, anak baru dapat berpikir konkrit. Ia belum mampu membedakan antara fantasi dan realita. Selain itu, anak juga baru mulai belajar teknis cara berbicara dan mengenal kosakata. Keterbatasan kemampuan komunikasinya membuat anak sering mengandalkan fisik/perilakunya dalam mengekspresikan diri.
“Dengan keterbatasan tersebut, anak masih membutuhkan bimbingan untuk berbicara dengan baik, mengelola emosi, dan rutinitas untuk memberi struktur pada aktivitasnya agar ia merasa aman,” ucapnya.
Dalam sebuah keluarga kadang ada saja kecacatan komunikasi antar personal. Baik antar saudara maupun antar orangtua dan anak. Kadang kita menemukan anak jauh lebih nyaman berada di luar bersama orang lain daripada di rumah bersama keluarga. Hal ini biasanya harus dikoreksi dari komunikasi yang terjalin.
Anak merupakan cerminan diri kita. Dia akan seperti apa diri kita. Dalam hal komunikasi si anak sudah mulai di setting sejak dalam kandungan. Janin dalam kandungan akan terdampak efek komunikasi yang sering di ucapkan dan di pikirkan oleh ibu saat mengandung. Itulah sebabnya ketika sedang mengandung, jaga komunikasi dan pikiran kita berada pada poin positif. Maka energi positif pun akan tersetting secara tidak langsung oleh janin. Bicaralah yang baik baik, bertindaklah yang baik baik. Berfikir lah yang baik pula.
Saat anak mulai memasuki usia balita, adalah posisi emas untuk membentuk karakter anak dari faktor komunikasi. Seorang ibu baiknya mulai melatih pembentukan karakter dan edukasi non formal. Mencontohkan hal hal positif dan baik untuk di tiru.
Contohkan segala sesuatu yang baik. Dari cara menghargai orang lain, cara bertindak, cara mendengarkan orang, cara berbicara yang baik, hingga cara cara menanamkan nilai nilai religius pada jiwa anak. Pada usia ini anak akan mudah di tanamkan kecintaan terhadap sesuatu. Seperti cinta terhadap cara beribadah dan membiasakannya. Ingat contohkan segala sesuatunya. Jangan hanya menyuruh tanpa memberi teladan.
Anak pada usia ini sangat butuh komunikasi antar orangtua. Anak seringkali bingung dan malu bercerita karena orangtua tidak pernah bertanya atau memperhatikan anaknya. Seperti hal sederhana tanyakan disekolah belajar apa? Siapa temanmu? Atau bagaimana tentang cita citamu? Dan apa kesulitanmu? Jika orangtua membangun komunikasi yang hangat dan nyaman maka anak akan selalu jujur dan percaya pada orangtuanya.
Menurut Rahmat (2007), komunikasi orang tua dengan anak dikatakan efektif bila kedua belah pihak saling dekat, saling menyukai dan komunikasi diantara keduanya merupakan hal yang menyenangkan dan adanya keterbukaan sehingga tumbuh rasa percaya diri. Komunikasi yang efektif dilandasi adanya keterbukaan dan dukungan yang positif pada anak agar anak dapat menerima dengan baik apa yang disampaikan oleh orang tua. Dari paparan tersebut maka penting komunikasi dilakukan secara efektif agar imbal balik yang diperoleh dari kedua belah pihak dan pesan yang disampaikan dapat tersampaikan dengan baik.
Sedangkan menurut Zarkasyi (2005: 65) komunikasi dapat berlangsung dengan melibatkan tiga komponen, yaitu pembicara (orang tua), pendengar (anak), dan pesan yang dikomunikasikan. Ini artinya bahwa komunikasi hanya dapat berjalan dengan lancar apabila antara orang tua dan anak mampu mengemukakan diri secara jelas dan bersedia mendengarkan pesan yang bersifat verbal maupun isarat (non verbal)atau gerakan tubuh lawan bicara. Bayangkan saja apabila komunikasi yang kita lakukan dengan anak mengandung unsure-unsur diatas maka komunikasi dapat berlangsung dengan baik dan dapat mendekatkan diri kita dengan anak.
Bagaimana cara yang terbaik dalam berkomunikasi dengan anak? (1) Keterbukaan, terbukalah dengan anak terlebih jika anak sudah mampu memahami diri kita, terbuka dalam hal yang memang harus dipahami anak. Misal orangtua bekerja, sang anak harus mandiri dan ikut dengan oranglain atau pengasuh, jelaskan bahwa memang ibu ayah bekerja bukan hal lainnya. (2) Empati, berempati bila anak menceritakan masalah atau kegiatan yang dilakukannya tadi.
(3) Dukungan, berikan dukungan penuh pada anak selama yang dilakukan positif, bila negatif bisa diberi pengertian agar anak mau merubah sesuatu yang negative. (4) Rasa Positif, selalulah berpikir positif pada anak dalam segala hal, jangan menjudge terlebuih dahulu tentang perilakunya yang salah namun dengarkan lalu pahami (5) Kesetaraan/kesamaan. (sar humas)