Surabaya – Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) Nanang Rokhman Saleh, S.Ag, MTh.I menilai pentingnya pendidikan akhlak bagi anak di era digital.
Nanang menjelaskan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi di era global ini disamping membawa sisi yang positif juga mengandung sisi yang negatif dalam segala bidang dan lini kehidupan. Salah satu aspek negatifnya yang terjadi di masyarakat adalah perilaku manusia sejak usia anak-anak hingga orang dewasa mengalami penurunan bahkan keprihatinan.
“Sebagai contoh perilaku sederhana yang kurang baik dari anak akibat pengaruh dari gawai adalah sikap cuek ketika dipanggil oleh orang tuanya,” ucap Nanang, Sabtu (26/12).
Melihat kondisi ini hal yang paling penting untuk dilakukan demi kesalehan individu dan sosial anak-anak khususnya dan semua orang pada umunya adalah pendidikan dan penanaman akhlak. Pendidikan dapat dipahami sebagai aktivitas (upaya sadar) yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik dalam aspek perkembangan jasmani dan ruhani, baik secara formal, informal maupun non-formal. “Menuju terbentuknya kepribadian yang utuh (utama) untuk mencapai kebahagiaan nilai yang tinggi yaitu insaniyah (sifat-sifat mulia sebagai manusia) dan ilahiyah (kesempurnaan sifat sifat Tuhan),” tuturnya.
Akhlak merupakan sifat yang tertanam kuat dalam diri seseorang kemudian menjelma menjadi suatu perbuatan tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran yang berlarut larut. Jika perbuatan itu baik maka disebut akhlak terpuji, dan jika perbuatan itu buruk maka di sebut akhlak tercela.
Penanaman akhlak sejak dini pada anak akan membantunya dalam bersosialisasi dengan lingkungannya, baik dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat. Anak akan terbiasa berperilaku yang mencerminkan nilai-nilai agama. Penanaman nilai-nilai dan materi akhlak ini harus disertai pula dengan memberi penanaman akan manfaat dan kegunaan anak dalam berperilaku akhlak, sehingga anak mengerti dan paham atas apa yang mereka kerjakan dan ucapkan.
Dalam melaksanakan pendidikan akhlak terhadap anak diperlukan cara atau metode yang tepat dalam penyampaiannya. Terdapat beberapa metode yang dapat diterapkan dalam proses pendidikan dan penanaman akhlak pada anak, antara lain metode uswah (keteledanan), riyadhah (latihan pembiasaan), mauidhah (nasehat), dan qishah (bercerita)
Metode uswah (keteladanan) adalah suatu cara dalam pendidikan Islam yang menjadikan figur guru, petugas sekolah lainnya, orang tua serta anggota masyarakat sebagai cermin bagi peserta didik, melalui pemberian contoh yang baik kepada anak berupa ucapan dan perbuatan. Metode keteladanan ini menjadi metode yang paling tepat dalam pendidikan akhlak, karena tanpa keteladanan apa yang diajarkan kepada anak-anak akan hanya menjadi teori belaka. Dengan adanya keteladanan yang baik itu, maka akan menumbuhkan hasrat bagi orang lain untuk meniru dan mengikutinya. Melalui metode ini pula, Rasulullah saw diutus oleh Allah swt menjadi suri teladan yang baik bagi umat manusia. Berbekal akhlak yang mulia itu, beliau saw berhasil dan sukses dalam berdakwah, mendidik dan membimbing umat manusia menjadi manusia yang beriman, berilmu, berakhlak dan berperadaban yang tinggi.
Metode riyadah (latihan dan pembiasan) ialah teknik pembelajaran kepada peserta didik dengan dikerjakan secara berulang-ulang. Pembiasaan akan memberikan manfaat yang mendalam bagi peserta didik, anak akan lebih terbiasa berperilaku dengan nila-nilai akhlak karena pembiasaan berperan sebagai efek latihan terus menerus. Metode pembiasaan ini telah diterapkan oleh Rasulullah saw dalam melakukan sesuatu dengan membiasakan dasar-dasar tata krama pada anak-anak, seperti etika makan dan minum, berdoa sebelum dan sesudah bangun tidur. Beliau juga membiasakan anak-anak melaksanakan kewajiban shalat, sejak usia tujuh tahun agar di usia dewasa kelak, mereka terbiasa dan mudah melaksanakannya.
Metode Mauidhah (nasihat) ialah sajian bahasan tentang kebenaran dan kebajikan dengan maksud mengajak orang yang diberi nasihat untuk menjauhkan diri dari bahaya dan membimbingnya ke jalan yang bahagia dan berguna baginya. Pemberian nasihat dan peringatan hendaknya dengan cara yang mampu menyentuh kalbu serta mampu menggugah peserta didik untuk mengamalkannya. Berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan akhlak pada anak, maka kata-kata yang bagus (nasehat) hendaknya selalu diperdengarkan di telinga anak-anak, sehingga apa yang didengarnya tersebut masuk dalam hati yang selanjutnya tergerak untuk mempraktikkannya dalam kehidupan.
Metode Qishah (bercerita) merupakan metode pembelajaran dengan cara komunikasi yang bersifat universal dan sangat berpengaruh terhadap kejiwaan anak. Cerita atau dongeng merupakan metode yang sangat baik untuk peserta didik khususnya peserta didik usia prasekolah. Melalui bercerita akan membuat peserta didik mengerti hal-hal yang baik dan buruk, mengajarkan anak untuk mengenali buku-buku dan menimbulkan minat baca pada mereka, dan memperkuat daya imajinasi dan mempertajam daya kreatif peserta didik. I
itulah empat macam metode yang dapat diterapkan dalam mendidik dan menanamkan akhlak pada anak di tengah maju dan pesatnya teknologi informasi dan komunikasi, sehingga anak tetap memiliki akhlak yang mulia di samping kecakapan dalam berteknologi dalam memperkaya asupan nustrisi pengetahuan. (sar humas)