Surabaya – Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK) SMK Jatim menggandeng Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menggelar webinar dengan tema penguatan organisasi MGBK dalam era pandemi covid-19 guru peningkatan kompetensi dalam layanan pada peserta didik, Sabtu (10/10) melalui aplikasi Zoom dan youtube Chanel Unusa.
Dengan pemateri Wakil Rektor 1 Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) Prof. Kacung Marijan, Ph.D yang menilai pembelajaran online atau Dalam Jaringan (Daring) karena covid-19 menjadi zona nyaman baru bagi insan pendidikan khususnya siswa. Dengan adanya pembelajaran daring tidak jarang siswa lebih nyaman dalam belajar.
“Awalnya memang butuh transisi dari belajar luring ke belajar daring, tapi saat ini mulai masuk zona nyaman dengan belajar daring ini,” jelas Prof. Kacung Marijan, Ph.D, Sabtu (10/10).
Bebera wilayah di Indonesia sudah mulai aman untuk melakukan belajar mengajar dengan normal atau bertemu langsung. kondisi ini ada kecenderungan anak juga malas untuk kembali ke sekolah, dengan berbagai alasan. “Karena memang sudah terlalu lamanya siswa untuk belajar melalui online ini,” ucapnya.
Kacung mengatakan bahwa nantinya sistem pendidikan di Indonesia pasca-corona tidak lagi mengenal pembelajaran luring atau daring semata. “Jadi nanti bukan daring sama sekali atau luring sama sekali, melainkan kombinasi dari daring dan luring. Ini juga menyongsong kebiasaan baru. Luring tahun depan pun, saya kira tidak akan bisa full. Bukan karena COVID-19 masih mengancam, tapi karena kebiasaan baru, daring mulai lebih nikmat,” katanya.
Kacung bercerita saat ini dirinya juga sudah menikmati proses belajar mengajar di kampus secara daring, meskipun tidak bisa bertemu langsung dengan mahasiswanya. Namun, dia mengakui agak kerepotan dengan adanya mahasiswa yang tidak betul-betul mengikuti kuliah jarak jauh tersebut.
“Banyak juga mahasiswa yang nutup videonya saat kuliah daring. Akhirnya saya absen dan ketahuan siapa yang betul-betul ikut kuliah,” kata guru besar ilmu politik Unair Surabaya itu.
Menurut dia, nantinya akan ada kultur baru dalam sistem belajar di sekolah, yakni perpaduan daring dan luring. “Mungkin SMK akan lebih banyak ketemu di luring-nya karena banyak pelajaran yang menuntut praktik,” kata Kacung.
Pada kesempatan itu, Kacung Marijan juga memberi masukan pada para guru, khususnya guru BK di Jatim agar mendokumentasikan pengalamannya menyelesaikan masalah pembelajaran pada masa pandemi covid-19.
Menurut Kacung, pengalaman para guru dalam menangani masalah di masa pandemi bisa menjadi pengalaman dan pelajaran berharga, bahkan tidak menutup kemungkinan akan menjadi model penyelesaian masalah dalam bidang pendidikan di masa-masa mendatang.
“Dari pengalaman para guru itu bisa dibukukan dan dikelompokkan sesuai dengan klaster masing-masing, misal berdasarkan jurusan di SMK-nya, seperti klaster SMK mesin dan lainnya, atau berdasarkan karakteristik daerah di mana SMK itu,” katanya.
Bahkan, katanya, tidak menutup kemungkinan jika dari pengalaman masing-masing para guru, jika dikaji lebih mendalam akan menghasilkan sebuah teori baru dalam bidang pendidikan, pasca covid-19. “Ini saya tidak memberi PR buat bapak ibu semua ya. Saya hanya memberikan usulan saja karena ini sangat menarik,” katanya. (sar humas)