Surabaya – Sempat tidak ingin berkecimpung menjadi seorang guru membuat Dinda Meilinda Putri Hijrianti, S.Pd., mulai mencoba beberapa jurusan melalui tes masuk perguruan tinggi negeri untuk menjadi designer. Namun upaya itu gagal, yang membuat dirinya mulai mengikuti saran dari ibunya untuk menjadi guru dengan menimba ilmu di Program Studi (Prodi) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA).
Dinda menilai jika dirinya akan mudah bosan saat harus bekerja di depan komputer ataupun laptop. Dengan begitu dirinya memberanikan untuk membantu ibunya mengajar TK di dekat rumahnya.
Saat mendapatkan tawaran untuk menjadi guru sekolah dasar di SD Khodijah dirinya langsung menerima tawaran tersebut. “Saya itu seakan tidak bisa lepas dari profesi guru karena dari nenek hingga umi semua profesinya guru jadi sudah kadung cinta sama profesi ini,” ucap Dinda.
Saat ditunjuk untuk menjadi guru kelas 1 membuat dirinya sangat bersemangat. Hal ini karena dirinya mulai membentuk karakter belajar anak sejak dini. “Karena menjadi guru kelas satu itu harus ekstra sabar karena masa peralihan anak dari sekolah TK menuju sekolah dasar, jadi senang aja kalau untuk ngajarnya,” ungkapnya.
Dengan kondisi ini membuat dirinya jika tidak mengajar akan merasa kangen dengan suasana mengajar. “Bagaimana pun anak-anak kelas satu itu membuat mood saya selalu senang saat mengajar di dalam kelas,” ucapnya.
Dinda mengaku salah satu hal yang membuat dirinya bangga lantaran murid yang diajar itu mengidolakan dirinya. “Ini moment yang sangat langka dan membuat saya selalu terharu dan menjadi motivasi untuk memberikan contoh yang baik bagi anak didik saya,” ungkapnya.
Dinda menilai jika Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) kali ini menjadi salah satu Program Studi (Prodi) yang diidolakan. Ini mematahkan omongan orang lain tentang kesejahteraan guru tidak terjamin.
“Kalau saat ini guru ini sangat diperhatikan sekali oleh pemerintah jadi memang menjadi salah satu prodi yang diidolakan,” jelasnya. (sar/rud humas)