Surabaya – Dewasa ini penyebaran demam berdarah semakin marak. Pemberantasan Sarang Nyamuk acapkali dilakukan untuk memberantas wabah penyakit demam berdarah. Namun agaknya upaya tersebut tidak cukup untuk mencegah penyebaran penyakit.
Meskipun demam berdarah di Jawa timur belum termasuk Kejadian Luar Biasa (KLB), namun pencegahan juga harus tetap dilakukan. Dwi Handayani, S.KM., M.Epid dosen ilmu kesehatan masyarakat Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya juga mengamini hal ini. Pencegahan lebih utama daripada mengobati. Ia berpendapat bahwa mencegah akan lebih sulit, karena merubah kebiasaan hidup bersih bukan perkara yang mudah. “Ada banyak sekali cara untuk membasmi nyamuk demam berdarah, namun untuk mencegah pengembangan jentik-jentik nyamuk, butuh efforts yang tidak biasa,” tuturnya menjelaskan. “Merubah kebiasaan atau perilaku hidup bersih bukan pekara gampang, contoh, untuk membasmi jentik biasanya kita hanya memperhatikan grnangan di rumah, namun sebetulnya ada banyak genangan di dalam rumah seperti air genangan dispenser, air tampungan di kulkas dan lain sebagainya yang berpotensi untuk membasmi jentik nyamuk,” katanya mengimbuhkan.
Jika dibandingkan dengan data di tahun 2016 sebenarnya Jawa Timur sudah mengalami penurunan yang cukup signifikan dalam penyebaran penyakit demam berdarah, hingga tahun 2018. Jawa timur sendiri juga sudah mengantisipasi terjangkitnya penyakit demam berdarah dengan melakukan vogging berkala dan kerja bakti ditiap kampung guna menerapkan 3M+. Mengubah pola hidup sehat menjadi satu-satunya kunci utama untuk mencegah tersebarnya penyakit apapun, tidak hanya demam berdarah. “Kuncinya adalah pada mengubah kebiasaan saja, dari yang kurang aware dengan hidup bersih, kemudian mulai mempraktikkan demi lingkungan yang lebih bersih,” tutupnya. (rere/humas)