Komitmen Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA) sebagai kampus inovatif pencetak wirausaha yang kreatif tidak perlu diragukan lagi. Kepada para mahasiswanya, kampus milik Nahdlatul Ulama ini tidak hanya sekedar memotivasi dan memberi ilmu teoritis kewirausahaan saja. Tapi lebih dari itu juga membuka wawasan bisnis, membimbing, melatih, dan memfasilitasi agar mahasiswa benar-benar bisa menjadi pengusaha yang rahmatan lil alamin.
Salah satu bukti keseriusan komitmen tersebut dapat dilihat dari adanya program Entrepreneur Plus (EnPlus). Program ini dirancang khusus oleh Program Studi (Prodi) Manajemen UNUSA dengan target bisa melahirkan entrepreneur yang rahmatan lil alamin dengan cara membentuk komunitas pengusaha di kalangan mahasiswa UNUSA.
Melalui program ini mahasiswa yang memiliki minat dan tekad menjadi pengusaha digabungkan dalam komunitas marketing berbasis digital. Bagi yang usahanya sudah berproduksi dapat memasarkan produknya secara gratis di toko online yang bisa diakses konsumen dari seluruh Indonesia melalui alamat url: enplus.unusa.ac.id.
Diawali Kuliah Kewirausahaan
Dosen mata kuliah kewirausahaan UNUSA yang juga pembimbing program EnPlus, Azmil Chusnaini, SIP, M.SM mengatakan, terbentuknya EnPlus diawali niat ingin menjaga kesinambungan tugas bisnis dalam mata kuliah kewirausahaan yang biasanya ditinggalkan seusai mengikuti mata kuliah tersebut.
Mahasiswa pada umumnya mau mengerjakan tugas semata karena kewajiban atau prasyarat kelulusan mata kuliah. Setelah merampungkan mata kuliah kewirausahaan terkadang ide-ide yang sudah muncul ditinggalkan begitu saja. Tidak bersemangat meneruskan ide bisnisnya karena dianggap sekedar pemenuhan tugas kuliah. Mahasiswa belum berani mengambil resiko untuk mengembangkan usaha dari ide-ide tugas mata kuliah tersebut.
“Melihat kondisi demikian itu akhirnya kami punya ide untuk membuatkan inkubator bisnis yang bisa membantu mahasiswa mengembangkan ide-ide bisnis mereka. Agar mereka tidak keluar modal banyak untuk marketing maka kita bantu melalui program EnPlus ini. Harapannya ketika mahasiswa akan lulus sudah memiliki banyak customer. Jadi bisa melanjutkan usaha yang mereka rintis sendiri dari sejak kuliah kewirausahaan dan tidak bingung mencari lowongan pekerjaan,” katanya.
Dengan demikian bisa dibilang EnPlus sebenarnya bertujuan agar mahasiswa ketika lulus sudah full paket. Artinya sudah disiapkan sepenuhnya untuk menghadapi dunia usaha. Walau Prodi Manajemen UNUSA relatif masih baru tapi lulusannya tidak boleh kalah dengan universitas lain. Kondisi sulitnya lapangan kerja pada saat ini juga menginspirasi program ini.
“Angka pengangguran di Indonesia masih tinggi. Dengan dididik menjadi pengusaha sejak awal masuk kuliah seperti ini maka diharapkan mereka akan mandiri secara ekonomi. Insya Allah akan ikut membantu mengentaskan pengangguran saat ketika sudah lulus nantinya,” tambah dosen yang juga pengusaha agrobisnis di Sidoarjo ini.
Keikutsertaan mahasiswa dalam Program EnPlus mendapatkan apresiasi juga secara akademis. Azmil akan memberikan nilai tambahan untuk mahasiswa yang memiliki kegigihan dan keseriusan dalam menjual produknya lewat EnPlus.
“EnPlus ini kan termasuk dalam pembelajaran praktek. Jadi saya pantau prestasi kewirausahaan mahasiswa salah satunya juga memalui EnPlus ini,” katanya.
Untuk saat ini EnPlus memang belum diwajibkan untuk semua mahasiswa. Namun kedepan kata Azmil, tidak menutup kemungkinan jika semua mahasiswa UNUSA diwajibkan untuk mengikuti program EnPlus jika ternyata perkembangannya pesat.
Kualitas Produk Terkontrol
EnPlus baru di-launching 2 bulan lalu dan saat ini sudah ada 30 macam produk tersaji dan siap dipasarkan ke seluruh wilayah Indonesia. Walau produk mahasiswa tapi kualitas dan keamanannya tetap terjaga dengan dikelola profesional.
“Kami menggarap serius website ini. Oleh karenanya website EnPlus tidak boleh diisi oleh produk yang dibikin ala kadarnya. Kalau masih ecek-ecek kondisinya tidak bisa dipertanggung jawabkan. Jadi sebelum masuk ke dalam website, mahasiswa yang telah memiliki produk akan kami dampingi terlebih dahulu,” katanya.
Selanjutnya Azmil menjelaskan proses penyaringan ketat sebelum produk mahasiswa masuk website EnPlus. Produk yang akan masuk website kualitasnya harus benar-benar terjaga. Fotonya harus bagus dengan kemasan menarik dan eye-catching. Isinya juga harus sudah diuji cobakan cita rasanya ke sampel orang lain. Semuanya dengan tujuan menghindari jangan sampai mengecewakan konsumen. Produk yang belum memenuhi syarat akan diberi pendampingan supaya produknya berkualitas dan layak masuk website.
“Masalah yang paling sering terjadi soal foto. Mahasiswa kadang pakai foto ala kadarnya. Saya minta harus diperbaiki dengan memberi contoh foto-foto yang bagus. Bahkan saya datangkan photografer juga untuk mengajari mereka cara memotret produk. Begitu juga halnya dengan kemasan, dalam mata kuliah kewirausahaan juga diajari cara membuat kemasan yang bisa menjaga kualitas isinya sekaligus terlihat eye-catching. Kalau ada mahasiswa yang dinilai berbakat dalam hal desain maka dibiayai kursus desain. Dengan harapan mahasiswa tersebut akan membantu dan mengajarkan ilmunya kepada teman-temannya yang kesulitan mendesain kemasan produknya,” tambah Azmil.
Produk Inovatif yang Kompetitif
Azmil menjelaskan bahwa mahasiswanya dituntut kreatif menciptakan produk berbeda dengan yang sudah banyak di pasaran. Lebih memiliki manfaat namun harganya relatif sama atau bahkan lebih murah.
“Dalam mata kuliah kewirausahaan itu mahasiswa diwajibkan memiliki ide deferensiasi terhadap produk lain supaya bisa memenangkan persaingan pasar. Apa yang beda di produkmu daripada produk lain yang telah ada di pasaran? Apa yang bisa membuat konsumen mau bela-belain beli produkmu?,” katanya sambil memperagakan caranya memberi pertanyaan tersebut kepada mahasiswanya.
Penjelasan Azmil tersebut dibenarkan oleh Dita Fatmasari, mahasiswa Prodi Manajemen semester 4 yang telah memiliki produk keju inovasi terbuat dari jahe merah dengan merk Renger.
Dita mengungkapkan ketika awal membuat produknya mengalami 20 kali kegagalan sebelum akhirnya tercipta produk keju yang layak jual seperti sekarang.
“Dalam produksi Ranger ini saya berkolaborasi bersama teman mahasiswa Prodi Gizi UNUSA. Lebih dari 20 kali eksperimen sebelum tercipta produk Renger seperti sekarang. Warna dan rasa seperti produk keju yang ada di supermarket tapi manfaat produk kami lebih banyak karena terbuat dari jahe merah,” kata Dita.
Pada umumnya jahe merah ada rasa pedasnya tapi produk Renger rasanya sama seperti keju pada umumnya. Makanya multi guna bisa untuk masak, buat roti bakar, bahkan bisa dimakan langsung juga. Selain itu menurut penelitian, jahe merah banyak manfaatnya untuk kesehatan terutama berkhasiat meningkatkan daya tahan tubuh, memperbaiki metabolisme tubuh dan menghilangkan mual pada wanita hamil.
Selanjutnya Dita juga mengakui peran besar keberadaan EnPlus dalam membantu usahanya.”Saya kan ingin punya usaha sendiri dan ingin menambah wawasan ilmu langsung dari praktisi usaha. Alhamdulillah dengan adanya website EnPlus ini mendongkrak penjualan keju jahe merah saya. Apalagi sekarang sedang ada promo, yang biasanya dijual harga Rp 25 ribu, sekarang dijual Rp 23 ribu, laris,” tambah Dita.
Selain keju Renger yang terbuat dari jahe merah, di EnPlus juga ada Humazk, masker bahan alami untuk menghilangkan jerawat yang dikembangkan oleh Azka dan Humairoh, mahasiswa Manajemen semester 4. Juga ada Hibberry, hijab anti bahu atau anti bakteri yang dikembangkan oleh Andry Dwi Aprianto, mahasiswa Manajemen semester 4. Masih banyak lagi produk-produk lainnya seperti Jus Sawi rasa Alpukat.
Fitur Website Lengkap dan Praktis
Di dalam website tersedia fitur yang lengkap seperti tutorial cara upload produk, tutorial cara menerima pemesaran, fitur review produk dari konsumen yang telah membeli, pencatatan penjualan, hingga live chat untuk bisa chatting dengan konsumen. Live chat ini sangat bermanfaat bagi konsumen yang belum familiar agar bisa pesan melalui formulir di website.
Sistem penjualan di EnPlus ketika ada pesanan akan dilayani paling lambat 1×24 jam. Disitu ada 2 pilihan cara pembelian yaitu Cash on Delivery (COD) atau dipaketin. Pelayanan cara pembelian COD hanya berlaku khusus untuk wilayah Sidoarjo-Surabaya.
Lebih lanjut Azmil mengungkapkan bahwa ada dua admin yang khusus menangani pemesanan dan penjualan produk-produk melalui EnPlus. Admin ini juga bertanggung jawab terhadap pengembangan website, termasuk filter produk, membuat promo-promo, upload produk, dan lain-lain.
“Pada saat ini ada dua mahasiswa direkrut khusus jadi admin yang bertanggung jawab penuh di EnPlus. Sengaja diambil mahasiswa juga supaya tambah pengalaman mereka dalam menangani website. Diberikan uang lelahnya juga dan kalau websitenya rame akan dapat bonus juga. Seiring dengan perkembangannya nantinya akan kami tambah lagi,” katanya.
“Di dalam website ada nomer telepon adminnya. Jadi konsumen yang kesusahan untuk order bisa telepon adminnya. Diluar jam kerja pun kami layani,” tambah Azmil.
Selain melalui website juga ada akun media sosial khusus EnPlus untuk berjualan melalui media sosial. Facebook dan Instagram juga digunakan untuk memperluas pasar EnPlus. Pertimbangannya karena konsumen tidak selalu buka website sehingga media sosial tersebut juga dimanfaatkan.
“Intinya kita ingin memudahkan konsumen untuk order. Boleh lewat website, boleh lewat media sosial, boleh lewat chatting, boleh lewat telepon, semuanya kami layani,” ujarnya.
Prospek Kedepan EnPlus
Program Entrepreneur Plus ini banyak rangkaiannya. Tidak hanya menjual produk mahasiswa saja tapi juga mengadakan seminar, pameran produk, bisnis plan kompetisi, dan mendatangkan pakar dari luar. Jadi mahasiswa kedepannya benar-benar disiapkan unggul bersaing ketika masuk dunia kerja.
“Website ini diharapkan bisa menjadi alat untuk memperluas pemasaran yang ampuh bagi mahasiswa. Supaya orang di kalimantan, di Jogja, seluruh Indonesia bisa order secara online produk kreatif dari mahasiswa yang tak kalah kualitas dengan produk lain,” tutup azmil. (Adv/frs)