SURABAYA – Tahun ini menjadi momen yang membahagiakan bagi Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) khususnya Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM). Sebanyak 16 proposal penelitian dosen Unusa berhasil meraih hibah dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti). Lolosnya 16 itu dari 27 proposal yang diunggah ke situs resmi Kemristekdikti.
Ini sebuah prestasi karena tahun sebelumnya, Unusa hanya bisa meloloskan empat proposal. “Kami sangat senang, ini capaian yang luar biasa,” ujar Ketua LPPM Unusa, Istas Pratomo di kampus B Unusa, Rabu (24/1).
Tidak hanya itu, dikatakan Istas, proposal yang lolos ini skema yang dimenangkan berbeda. Di mana pada 2017 lalu, empat proposal yang lolos adalah dari dosen pemuka, di tahun ini tidak hanya dosen pemula tapi sudah dosen bergelar doktor dan pasca doktor. “Levelnya naik. Ini juga sangat luar biasa,” tukasnya.
Karena itu, di tahun depan, Istas mengaku, Unusa menarget proposal yang masuk atau yang diunggak ke situs resmi Kemristekdikti bisa bertambah. “Kita target 80 persen dari dosen Unusa yang ber-NIDN (nomor induk dosen nasional), harus submit,” tandasnya.
Unusa memang menarget banyaknya dosen yang mengirimkan proposal bukan berapa dosen yang bisa menang. Karena dengan mengunggah proposal kesempatan menang jauh lebih besar dibandingkan tidak sama sekali. “Kita dorong untuk submit dulu. Kalau masalah menang atau tidak itu bukan urusan kita. Itu tugas reviewer untuk menyeleksi. Kita hanya bertugas mengirimkan,” jelasnya.
Karena itu, untuk bisa mendorong ke arah sana, Unusa banyak melakukan kegiatan. Salah satunya adalah memberikan pelatihan bagi para dosen, bagaimana menulis proposal. Tujuannya agar, para dosen itu tidak salah untuk menuliskan proposal yang dibuatnya. Karena, Kemristekdikti sendiri memiliki kriteria untuk proposal yang masuk. Jika tidak, maka proposal akan masuk ke tong sampah alias dihapus dari daftar.
Salah satu pakar dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Prof Isa Irawan didatangkan untuk mengajarkan bagaimana menulis proposal penelitian kepada para dosen Unusa, Rabu (24/1). Isa mengungkapkan pemenuhan kriteria itu menjadi salah satu syarat mutlak untuk mendapatkan pendanaan.
“Misalnya penentuan ketua penelitian, anggotanya siapa saja, ada keterbaruan ide proposal penelitian, targetnya, serta penulisan jurnal terindek scopus utamanya. Kalau salah satu tidak dipenuhi jangan harap akan dibawa reviewer,” tandasnya.
Diakui Isa, banyak dosen yang memang belum paham tentang masalah tersebut. Sehingga memang dibutuhkan bimbingan dan pelatihan-pelatihan. Pelatihan ini penting untuk mengubah mindset para dosen, bahwa dosen tidak hanya mengajar di kelas namun harus juga melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat.
Karena itu, para dosen yang utama adalah mengetahui karakteristik dari kampusnya. Di Unusa, karena berbasis kesehatan, perlu juga untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan kesehatan yang dipadukan dengan sosial. Karena bidang itu berpeluang sangat besar untuk bisa didanai Kemristekdikti.
“Penelitian yang mengarah pada kesehatan dan sosial itu yang berpeluang besar untuk bisa didanai. Karenanya perlu untuk diperdalam masalah-masalah itu. Dananya cukup besar,” jelasnya.
Rektor Unusa, Achmad Jazidie mengatakan Unusa memang sedang giat untuk mendorong para dosen untuk melakukan penelitian. Tidak hanya mendorong untuk mendapatkan hibah pemerintah namun juga bisa mendapatkan dana hibah dari kampus.
Unusa sendiri sudah mulai menambah dana untuk penelitian dosen ini. Sehingga ke depan akan lebih menggairahkan dosen untuk lebih giat melakukan penelitian. “Karenanya akan kita latih terus dosen untuk bisa membuat proposal penelitian agar mulai terbiasa melakukannya,” tukas Jazidie. (Humas Unusa)