Surabaya – Ikatan Alumni (IKA) Unusa menggelar virtual alumni gathering yang diikuti seluruh lulusan mulai dari SPK Yarsis, Akademi Perawat (Akper) Yarsis hingga menjadi Unusa. Acara digelar secara online, Sabtu (11/9).
Acara menghadirkan narasumber Prof. Dr. Ah Yusuf, SKP., M.Kes., alumni dari Akademi Perawat Yarsis yang saat ini menjadi Dekan FKP Unair; Ina Mujiastuti, S.KM., M.Kes. Alumni Akademi Perawat Yarsis, kini menjadi anggota DPRD Kab. Mojokerto; Bayu Riskinanto, S.Kom., lulusan Sistem Informasi Unusa yang kini menjadi Manager Hotel Sakinah Family Residence & IT Manager Triana Medika Mom and Kid Hospital, serta bintang tamu dr. Tirta Mandira Hudhi, dokter umum yang dikenal sebagai Influencer.
dr Tirta mengaku senang untuk mengisi acara temu alumni yang diadakan Unusa. Ia mengingatkan saat menjadi alumni di tempatnya kuliah, yakni di Fakultas Kedokteran, seperti menjadi lilin di tengah kegelapan. “Saat itu, diawal-awal mengharuskan kita kerja terlebih dahulu, nanti uang akan datang dengan sendirinya. Jadi itu yang selalu saya pegang,” ungkapnya.
Tirta menceritakan banyak orang di luar mengatakan, jika selesai kuliah akan memilih jadi pengusaha. Anak pintar akan menjadi pengusaha. Tapi saya katakan belum tentu jika tidak didorong oleh diri sendiri. Jadi semuanya datang dari diri kita, mau menjadi apa,” katanya.
Narasumber, Ina Mujiastuti mengenang saat dirinya mulai kuliah di Akper Yarsis, saat itu gedung tidak sebagus saat ini. “Tapi saat itu saya sangat senang, karena temannya cukup baik, jadi ada cerita tersendiri selama kuliah,” ungkap Ina.
Ina menceritakan hal yang sampai saat ini dikenangnya, yaitu saat hujan tiba dan ia hendak berteduh di pos satpam. Kondisi licin membuat ia terjatuh ke kubangan air sehingga tidak bisa melanjutkan kuliah karena baju basah. “Dulu masih Akper kalau hujan kampus itu seperti kolam, tapi itu yang membuat saya ingat betul hingga sekarang,” ungkapnya.
Berbanding terbalik dengan pengalaman Bayu Riskinanto, ia mengaku kesan pertama kuliah di Unusa karena memiliki lift dan gedung perkuliahan sudah mulai bagus. “Ditambah rasa kekelurgaannya sangat terasa sekali. Jadi hal itu yang membuat saya tidak bisa lupa dengan Unusa,” ungkap Bayu.
Sedangkan Yusuf menceritakan, saat ia menempuh pendidikan di Akper Yarsis tahun 1987 kondisi pagar kampusnya masih dari seng. “Kami yang kuliah di dalam mengenakan baju putih-putih, saat ke luar perkuliahan seperti keluar dari kandang ayam,” terangnya.
Yusuf bersyukur kini kemajuan Unusa cukup pesat. Hal paling diingat Yusuf adalah saat belajar menjadi perawat dan mendapat wejangan dari almarhum KH Zaki Gufron. “Kami selalu diingatkan untuk untuk jadi perawat yang islami,” ucapnya. (sar humas)