Surabaya – Ratusan mahasiswa memenuhi Kafe Fastron Tower B Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Kamis (5/10/2017) siang. Mereka begitu antusias mengikuti kuliah tamu dari Dr (H.C) Chairul Tanjung bertema entrepreneurship. Chairul memaparkan sebuah solusi menghadapi tantangan masa depan dengan inovasi dan peran entrepreneur di era teknologi.
Mantan Menko Perekenomian ini menuturkan, berdasarkan data hampir 87,2 persen penduduk Indonesia beragama Islam, tapi sayangnya masih minoritas dalam penguasaan aset ekonomi. Sedangkan menurut riset majalah Forbes, dari 50 orang terkaya di Indonesia hanya 8 orang yang muslim, dan 42 beragama non muslim.
“Beberapa perusahaan swasta besar tercatat di Bursa Efek Indonesia, sayangnya perusahaan besar ini tidak ada satupun yang dipimpin oleh orang muslim, ini adalah fakta,” terang pemilik Trans Corp tersebut seraya menyebutkan beberapa nama perusahaan besar dengan aset triliunan.
Kalahnya persaingain ini dimotori oleh kualitas sumber daya manusia yang relatif masih rendah. Hanya sepuluh persen penduduk berada pada strata teratas dari perguruan tinggi. Sedangkan sebuah negara dinilai maju jika memiliki minimum 2,5 – 4 persen pengusaha. “Saat ini negara kita cuma memiliki satu koma sekian persen saja. Jika kita lihat 40 persen lebih penduduk Indonesia adalah tamatan Sekolah Dasar (SD) atau bahkan tidak lulus SD, dan hanya 10 persen yang masuk perguruan tinggi,” papar Chairul Tanjung melanjutkan.
Chairul menghimbau agar mahasiswa mampu manfaatkan kesempatan untuk belajar sungguh-sungguh disamping pembekalan diri menjadi seorang entrepreneur. Rendahnya pendidikan membuat sumber daya kita tidak akan menang dalam kompetisi dan kalah dalam penguasaan ekonomi. Memang menjadi sebuah pekerjaan rumah yang cukup berat.
Oleh karena itu perlu peningkatan kualitas pendidikan, kualitas riset, dan penguasaan teknik. Serta adanya program entrepreneurship dan laboratorium guna mengembangkan potensi ini untuk masa depan. Chairul Tanjung berharap Unusa bisa menjadi pionir pengembangan kampus berbasis kewirausahaan.
“Jika dilihat, generasi kita saat ini rata – rata terjebak dalam budaya instan, termasuk menginginkan kesuksesan. Sementara kesuksesan sejati melewati sebuah proses waktu yang lama dan berkesinambungan,” lanjutnya.
Chairul berpesan agar menjadikan suatu pekerjaan layaknya sebuah candu dan kenikmatan. Selain itu juga harus terbiasa disiplin, tepat waktu, pantang menyerah, serta berani bersaing. Mampu membaca dan menciptakan peluang sebagai dasar entrepreneurship berkarakter sub oriented, detil, dan perfeksionis. “Jika ingin menjadi apapun yang penting fokus untuk menang,” ungkapnya.
Semua karakter tersebut bisa digunakan untuk membeli masa depan. Ia juga mencontohkan upaya mengconvert sebuah toko retail “Carrefour” menjadi “Transmart” hingga berkembang pesat. Tak lepas dari proses inovasi dan kreatifitas sehingga disukai masyarakat dan membuat bisnis lebih baik. “Karena seenak – enaknya menjadi penguasa lebih enak jadi pengusaha yang dekat dengan penguasa,” ujarnya memotivasi.
Sementara itu, Rektor Unusa, Prof. Dr. Ir Achmad Jazidie, M.Eng, mengungkapkan bahwa universitas memiliki hubungan baik dengan Chairul Tanjung yang juga sempat menghadiri peletakan batu pertama Unusa. Kedatangannya kali ini sebagai seorang entrepreneurship untuk memberi inspirasi kepada mahasiswa Unusa. Agar mereka mampu menjadi entrepreneur yang kreatif dan inovatif,
“Oleh karena itu kita undang beliau untuk berbagi. Karena visi dari Unusa disamping mencetak sukses di bidang masing – masing juga menjadi jiwa entrepreneur,” terang Prof Jazidie. Unusa sendiri memiliki program kemahasiswaan by design serta program pendanaan bergulir untuk mendorong mahasiswa menjadi seorang entrepreneur. (Humas Unusa)