SURABAYA – Profesi perawat menjadi salah satu profesi idaman di era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Karenaya perawat dituntut untuk bisa memiliki kemampuan lain yang bisa menunjang profesinya sehingga mampu berkarier di negara lain.
Salah satu kemampuan itu adalah bahasa. Bahasa internasional mutlak harus dikuasai. Di samping itu bahasa-bahasa negara yang akan dituju juga harus dipahami.
Namun, permintaan yang cukup besar itu masih kurang dimanfaatkan secara maksimal oleh para calon-calon perawat. Mereka nampaknya masih mengutamakan budaya lama yang tetap harus kumpul bersama orang tua walau sudah bekerja. Sehingga bekerja di luar negeri masih menjadi dikesampingkan.
Buktinya, Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (FKK) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa). Program studi (prodi) keperawatan sendiri menyiapkan mata kuliah pilihan seperti manajemen disaster, bahasa Arab, bahasa Jepang dan berbagai macam bahasa lainnya. Namun dikatakan dekan FKK Unusa, Yanis Kartini, yang banyak dipilih mahasiswa adalah manajemen disaster atau manajemen bencana. “Kadang kami berpikir, kenapa ya? Mungkin mereka masih berat untuk meninggalkan orang tua dan berkarier di luar negeri. Kalau Bahasa Inggris sudah menjadi kuliah wajib bagi mahasiswa, tapi bahasa yang lain kurang diminati,” ujar Yanis di sela-sela acara Harlah ke-2 Himpunan Mahasiswa Ners Unusa, Minggu (13/03).
Namun beruntungnya, permintaan perawat dari dalam negeri sendiri masih sangat besar. Apalagi, saat ini bermunculan rumah sakit dan klinik-klinik kesehatan baru baik di daerah maupun di kota-kota besar. Dan kebutuhan perawat di rumah sakit yang baru berdiri jauh lebih besar dibanding karyawam di bidang lainnya.
Karena itu, FKK Unusa sebagai pencetak Sumber daya manusia (SDM) terus meningkatkan kualitas lulusannya. “Setiap tahun banyak rumah sakit yang meminta lulusan dari kami, kami coba rekomendasi. Dan lulusan kami setiap tahun selalu terserap dunia kerja,” tandas Yanis.
Harlah ke-2 Hima Ners yang merupakan gabungan dari mahasiswa S1 Keperawatan dan Profesi Ners sebagai tonggak kebangkitan mahasiswa keperawatan Unusa. Di sinilah, Hima Ners berusaha untuk unjuk gigi menampilkan segala kemampuan yang dimiliki mereka mulai berbagai lomba yang digelar sejak November 2015 lalu.
Rektor Unusa, Prof Dr Ir Achmad Jazidie, M.Eng yang hadir dalam.acara tersebut menyampaikan bahwa mahasiswa harus bisa meningkatkan soft skill. Karena soft skill 80 persen menentukan kesuksesan seseorang ketika berhadapan dengan dunia kerja.
“Salah satu cara mengasah soft skill dengan mengoordinasi acara seperti ini. Ini kerja tim dan kerja tim itu akan bisa mengasah soft skill Anda semua,” tandasnya. (end)