Yanis Kartini, SKM., M.Kep
Surabaya – Ingin mengentaskan kemiskinan lewat pendidikan tinggi, membuat Yanis Kartini, SKM., M.Kep terpacu untuk mewujudkan mimpinya menjadi dosen, hal ini sebagai salah satu upaya mengentaskan kebodohan dan kemiskinan.
Yanis bercerita jika dirinya merupakan anak petani di daerah Trenggalek, saat itu ia tidak ada niatan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Sebagai anak kelima dari tujuh orang bersaudara, membuat dirinya harus ikut bu lek (adiknya ibu) ke Surabaya.
“Saya harus berpisah dengan orang tua, ikut bu lek sejak kelas 2 SD. Niatan untuk sekolah tinggi tidak terpikirkan karena orang tua hanya berpendidikan Sekolah Rakyat (SR) saja,” jelas Yanis, Minggu (4/4).
Saat ikut bu lek, Yanis mengaku sudah diajarkan untuk disiplin dalam menjalani hidup. “Karena memang pak lek saya tentara, jadi memang dididik harus disiplin,” terangnya.
Sejak Kelas 2 SD, Yanis selalu membantu bu leknya untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Kedisiplinan menjadikan dirinya hingga saat ini selalu menerapkan hal tersebut. “Karena memang sudah terbiasa, jadi didikan itu yang saya bawa terus sampai sekarang,” ungkap wanita yang lahir di Trenggalek, 22 Februari 1965.
Ketika kelas 2 SD, ayahnya meninggal, hal ini membuat dirinya ikut dengan bu leknya. “Dengan ikut bu lek, saya belajar banyak hal seperti disiplin hingga mandiri, namun kasih sayang ibu kandung juga yang membuat saya kagum dengan sifat beliau yang sederhana serta tirakat untuk puasa, salat malam hingga mengaji, menjadikan Yanis yang sekarang,” ucap Lulusan SMA Negeri 10 Surabaya ini.
Sejak kelas 2 hingga pertengahan kelas 5 SD, dirinya bersekolah di SDN Margorejo 2 Surabaya, namun karena kangen dan ingin kumpul sama semua saudara membuat dirinya kembali ke Trenggalek. “Saat itu saya melanjutkan di SDN Karangan II Trenggalek hingga saya lulus tahun 1979,” ucap Yanis.
Yanis bercerita pertama kalinya dirinya ingin menjadi perawat saat ikut bu leknya bekerja sebagai PNS di Marinir Jalan Opak Surabaya bagian admin kesehatan. “Saat itu saya lihat perawat yang menyelamatkan banyak orang dan membantu dengan ikhlas orang yang sakit membuat saya ingin menjadi perawat,” jelasnya.
Dengan motivasi dan dukungan bu lek serta ibu kandungnya, membuat dirinya mulai berkuliah di keperawatan. “Dua orang tua saya itu senang, saat saya mencapai cita-cita yang diinginkan,” ungkap wanita berusia 56 tahun ini.
Wanita yang saat ini sedang menempuh pendidikan doktoral di FKp Unair ini akhirnya memutuskan untuk menjadi dosen lantaran dirinya ingin membantu masyarakat mengentas kemiskinan. “Melalui pendidikan, maka kebodohan tidak akan ada. Selain itu saya ingin membagikan ilmu saya ke anak didik agar lebih bermanfaat,” ucap Yanis.
Yanis menambahkan, jika selama menjadi perawat, dirinya tidak bosan melayani pasien dengan ikhlas. “Karena dengan ikhlas ini bisa menyenangkan pasien, sehingga mereka bisa bahagia dan sembuh lebih cepat,” imbuhnya. (sar humas)