Surabaya – Memiliki kepribadian kurang percaya diri, tertutup atau introvet membuat Riyan Sisiawan Putra, S.E., M.SM sempat tidak mengira jika dirinya bisa menjadi dosen yang harus menjelaskan mata kuliah di hadapan mahasiswa. Ini diakui Riyan, kalau awalnya ia grogi jika tampil di hadapan publik. Tapi kini tidak lagi.
Riyan bercerita jika sebelumnya ia sempat bekerja di Pemerintah Kota Surabaya, tapi di tempat itu dirinya merasa bosan. Rasa bosan ini kemudian membuat ia ingin memulai usaha, namun niatan tersebut kandas. “Lalu saya kepikiran untuk menjadi dosen dan memberanikan diri melawan rasa tidak percaya,” ucapnya, Rabu (17/3).
Riyan mengaku sejak kuliah dirinya sudah mendapatkan dukungan dari lingkungan untuk tidak grogi tampil di muka umum. “Saat itu teman saya selalu mendukung, jika grogi saat tampil di depan umum. Mereka tidak menertawakan, tapi memberikan dukungan, sehingga saya bisa mengatasi rasa kurang percaya diri,” beber pria yang saat ini menjabat sebagai Kaprodi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Bisnis dan Teknologi Digital Unusa.
Memiliki kekurangan tersebut, tidak lantas membuat Ryan nyaman dalam kondisi itu. lalu mulai mengikuti beberapa kegiatan di luar kampus untuk mengatasi kekurangannya. “Dengan bantuan teman, saya semakin percaya diri untuk mengatasi bisa mengatasinya saya jadikan kekurangan itu menjadi kelebihan,” katanya menjelaskan.
Riyan mengakui, untuk bisa mengatasi rasa percaya diri memerlukan waktu yang tidak sebentar. “Tujuh tahun saya berusaha untuk mengatasi kekurangan itu agar menjadi kelebihan bagi diri saya,” kata dosen kelahiran Surabaya, Januari 1985 ini.
Riyan memiliki cara tersendiri untuk mengatasi rasa percaya diri, dengan memberanikan bicara didalam forum apa pun. Selain itu, kondisikan dalam keadaan kepepet yang mengharuskan kita untuk berbicara di depan umum. “Cara itu saya gunakan sampai sekarang yang membuat saya bisa mengatasi rasa percaya diri saya,” katanya.
Dosen yang juga konsultan manajemen ini menambahkan, mengatasi rasa percaya diri harus datang dari diri sendiri, karena diri sendirilah yang tahu akan kekurangan itu. “Keinginan untuk mengubah harus kuat, karena jika tidak memiliki keinginan dan niat untuk mengubah sampai kapan pun tetap tidak berubah,” jelas pria berusia 35 tahun ini. (sar humas)