Surabaya – Laboratorium Virtual Reality (VR) dan Microteaching Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) diapresiasi banyak pihak. Inovasi teknologi yang dikembangkan sebagai solusi pembelajaran di masa pandemi ini patut diacungi jempol.
Ketua Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU), Prof Mohammad Nasir mengungkapkan kekagumannya atas apa yang dilakukan Unusa. “Perguruan tinggi NU boleh saja dianggap muda tapi harus dewasa dalam pengelolaan dan dewasa dalam kemajuan,” tandas Prof Nasir saat memberikan sambutan dalam peresmian VR dan Microteaching Unusa akhir pekan lalu.
VR ini kata Prof Nasir sangat konek dengan sistem pembelajaran masa depan. Ini yang semula tidak disadari perguruan tinggi perguruan di Indonesia. Pandemi covid-19 sudah membuat perguruan tinggi berada di titik dasar terendah dengan kesulitan yang dihadapi hampir sama, baik perguruan tinggi negeri maupun swasta.
“Semua masih meraba-raba. Pembelajaran yang dilakukan kini melalui zoom, google meet atau sejenisnya. Sebenarnya hanya memindahkan pembelajaran konvensional ke online. Bukan online yang seutuhnya karena masih memerlukan waktu, tempat dan komunikasi yang baik,” jelasnya.
Karena itu, ke depan kata Prof Nasir, bagaimana PTNU bisa menyatu dengan satu platform yakni learning management system (LMS). Sebuah platform yang bisa dilakukan secara keseluruhan sehingga semua PTNU bisa melakukan sharing secara bersama. Jika nantinya ini bisa terwujud, maka PTNU akan mengalami lompatan yang sangat besar.
“Bagaimana memulai itu, ya dari diri kira sendiri. Dan Unusa sudah memulainya. Unusa menjadi yang terdepan dalam melakukan perbaikan sistem pembelajaran di masa depan,” ungkapnya.
Prof Nasir berharap dengan inovasi Unusa bisa menjadi yang terdepan. “Saya harap bukan hanya dari Unusa untuk Indonesia tapi dari Unusa untuk dunia,” tukasnya.
Sejak 2017 lalu pemerintah melalui Ditjen Dikti sudah mencanangkan distance learning. Tapi banyak perguruan tinggi yang tidak merespons hal itu. Kehadiran revolusi industri 4.0 tidak serta merta membuat perguruan tinggi berubah. Dan ketika pandemi terjadi, semua kalang kabut mencari pembelajaran online yang dianggap terbaik.
“Tantangan ke perguruan tinggi untuk melakukan distance learning sejak 2017 terjawab sudah dengan hadirnya virtual reality dan microteaching Unusa. Dari Unusa untuk menjawab semuanya,” kata Prof Suprapto, Ketua Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah VII Jawa Timur.
Direktur Jenderal Perdidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Nizam juga mengapresiasi karya Unusa ini. Karena pandemi Covid-19 ini menuntut semua perguruan tinggi untuk mengembangkan kreativitas untuk mengatasi kendala yang dihadapi.
“Unusa menghadirkan kreativitas dan inovasinya. VR untuk praktikum mahasiswa sebagai sesuatu yang luar biasa sehingga kendala praktikum di masa pandemi ini bisa di atasi dengan baik,” tukasnya. (ril/sar humas)