Surabaya – Empat Dosen dari tim pengabdian Masyarakat (Pengmas) dari Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) berikan edukasi kepada para ibu pasca salin dan yang sedang menyusui pentingnya buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) diisi lengkap.
Empat dosen ini antara lain Rizki Amali, Uliyatul Laili, Vivi Handayani dan Alvina Andiani Pitaloka. Edukasi ini dilakukan empat dosen di Puskesmas Paciran, Lamongan.
Ketua Tim Pengabdian masyarakat, Rizki Amalia menjelaskan dipilihnya Puskesmas tersebut bermula dari studi pendahuluan yang dilakukan, ibu pasca salin dan menyusui banyak yang tidak mengisikan kolom kesehatan nifasnya ke petugas Puskesmas. “Sehingga ini membuat kami prihatin, padahal itu sangat penting bagi mereka ke depannya,” ujar Rizki, Kamis (24/12).
Metode yang dilakukan dalam pengmas ini adalah mengumpulkan ibu dan pendamping posyandu, kader dan bidan dengan penyuluhan. Sebelum penyuluhan tim Unusa memberikan kuisioner untuk mengetahui sejauh mana pemahaman ibu tentang pentingnya mengisi buku KIA-nya.
“Kami menjelaskan ibu pasca salin dan menyusui itu rentan terhadap berbagai macam penyakit. Sehingga data kesehatan di KIA harus diisi lengkap ketika datang ke puskesmas atau ke posyandu. Apalagi di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini,” kata Rizki.
Karena ibu di masa nifas atau masa persalinan dan menyusui sangat rentan terkena penyakit, apalagi di masa pandemi Covid-19. Karenanya, ibu setelah melahirkan wajib hukumnya melakukan kunjungan nifas ke tenaga kesehatan yang membantu persalinannya. Kunjungan nifas dilakukan sesuai jadwal yang ditetapkan.
Yakni pada periode enam jam sampai dengan dua hari pasca persalinan. Setelahnya pada periode tiga hari sampai dengan tujuh hari pasca persalinan. Pada periode delapan hari sampai 28 hari pasca persalinan. Pada periode 29 sampai 42 hari pasca persalinan.
“Kunjungan nifas bisa dilakukan di layanan kesehatan atau bisa dengan didatangi petugas kesehatan ke rumah masing—masing. Itu melihat situasi dan kondisi,” tukas Rizki.
Ibu nifas dan keluarga harus memahami tanda bahaya di masa nifas dengan melihat buku KIA. Jika terdapat risiko atau tanda bahaya, maka periksakan diri ke tenaga kesehatan. “Tahu ada tanda bahaya ya dari buku KIA itu,” ungkapnya.
Dari penyuluhan yang dilakukan, ibu-ibu yang hadir bisa memahami, bahwa buku KIA harus diisi lengkap setelah melakukan pemeriksaan ke puskesmas atau ke petugas kesehatan.
Hal itu diketahui dari hasil kuisioner yang dibagikan tim pengmas Unusa setelah penyuluhan atau edukasi dilakukan. “Semoga masyarakat bisa lebih paham akan pentingnya menjaga kesehatan sejak dini,” tukas Rizki.
Pengmas di Puskesmas Paciran ini akan dilakukan pemantauan selama satu tahun lamanya. Tim Unusa akan bekerjasama dengan petugas kesehatan atau bidan yang bertugas di puskesmas tersebut. (sar humas)